kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

APBN 2014 dikhawatirkan jebol jika rupiah loyo


Rabu, 27 November 2013 / 19:51 WIB
APBN 2014 dikhawatirkan jebol jika rupiah loyo
ILUSTRASI. Kimchi, makanan tradisional khas Korea yang ternyata miliki banyak manfaat terutama bagi kesehatan pencernaan. Dok/Serious Eats


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan sehingga menyentuh level 11.700. Pelemahan rupiah menyebabkan kecemasan baru, yakni membengkaknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014.

Melihat APBN 2014, rupiah dipatok berada di level 10.500. Level ini berada jauh dari level rupiah yang terjadi sekarang ini. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan rupiah sekarang ini berada dalam kondisi yang mencerminkan tingkat fundamentalnya. Dia juga bilang, situasi yang terjadi pada rupiah sekarang ini adalah suatu kondisi yang sudah dipahami oleh bank sentral. "Mohon jangan kuatir, ini adalah cermin fundamental," ujar Agus, Rabu (27/11).

Menurut Agus, sekarang ini di dalam negeri ada pengaruh permintaan yang tinggi akan dollar untuk repatriasi keuntungan di akhir tahun. Kemudian, ada pembayaran utang beserta bunga yang terjadi di akhir tahun.

Sementara, dari faktor eksternal terdapat masalah tapering off yang disinyalir kemungkinan tidak terjadi pada Desember 2013 melainkan diprediksi akan dilakukan pada kuartal I 2014. Selain itu, ada juga faktor lain yaitu bank sentral Brazil yang akan menaikkan BI rate 50 bps. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi faktor yang memicu tekanan pada nilai tukar rupiah.

Menteri Keuangan Chatib Basri melihat volatilitas rupiah yang terjadi sekarang ini akibat kekhawatiran tapering off. Selain itu, permintaan importir terhadap valuta asing (valas) di akhir bulan untuk pemenuhan kebutuhan pasar juga menjadi salah satu penyebab.

Meskipun rupiah terdepresiasi, Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini masih akan melihat seberapa besar pelemahan rupiah ini. "Tekanan pasti ada, terutama di subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan pembayaran utang. Tapi yang signifikan biasanya subsidi bbm," tutur Chatib.

Namun, dirinya mengaku masih harus melihat seberapa besar dampaknya. Karena selain kurs, yang mempengaruhi pembengkakan nilai subsidi migas adalah harga dan produksi minyak. Sehingga pemerintah masih optimis defisit sebesar 1,69% dalam APBN 2014 tidak akan terlampaui.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan pelemahan rupiah yang terjadi sekarang ini akan berdampak besar pada dua hal yakni belanja modal dan impor migas. Belanja modal yang sebagian besar impor berpengaruh signifikan pada pembengkakan anggaran.

Begitu pula dengan impor migas yang notabene konsumsi masyarakat masih tinggi dengan pesatnya penjualan kendaraan bermotor. Menurut David, nilai tukar rupiah yang berada di bawah 12.000 masih dapat dikompensasi dengan harga minyak dunia yang stabil dan asumsi produksi minyak dalam negeri yang meningkat tahun depan.

Sementara, kalau sudah melewati ambang 12.000 maka akan berpotensi pada pembengkakan defisit anggaran dalam APBN 2014 yang dipagu 1,69% dari PDB. "Bisa saja mencapai 2%," ujarnya. Karena, seperti yang diungkapkan pemerintah bahwa pelemahan setiap 100 rupiah akan terjadi pembengkakan anggaran sekitar Rp 1 triliun. Kalau pelemahan mencapai 1.000 rupiah maka pembengkakan yang terjadi mencapai Rp 10 triliun.

Terlebih dari sisi penerimaan akan ada penurunan dengan adanya pelemahan. Rupiah di atas 12.000 akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kalau pertumbuhan ekonomi turun berarti penerimaan pajak juga turun.

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko melihat kalau pelemahan rupiah di level 11.800 ini terus terjadi hingga akhir tahun, maka dampaknya akan besar terjadi di APBN 2014. Dari sisi pengeluaran baik pembiayaan impor dan utang luar negeri akan melonjak naik.

Kemungkinan pelemahan rupiah ini yang terjadi sekarang ini sangat mungkin berlanjut hingga triwulan I 2014. Maka dari itu, defisit anggaran bisa melonjak keluar dari target.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×