Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menepis kabar akan melanjutkan program bagi-bagi kompor listrik yang kali ini menyasar ke orang mampu.
“(Bagi-bagi kompor induksi) belum terpikirkan, selesaikan rice cooker saja dulu. Masa kalau udah menengah ke atas harus diberikan negara?” ujar Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P Hutajulu ditemui di Jakarta, Kamis (18/1).
Dia bilang, sebelumnya PT PLN telah melakukan uji coba penggunaan kompor listrik induksi pada sejumlah rumah tangga di Bali dan Solo. Namun hasilnya harus dievaluasi lebih jauh.
Baca Juga: Program Bagi-Bagi Rice Cooker Sudah Tersalur 68,5%
Program bagi-bagi kompor listrik ini pupus di tengah jalan karena sejumlah kendala. Selain karena membutuhkan dana yang besar untuk tiap rumah tangga, juga terkendala penyediaan alat masaknya.
“Alat masak ini kan harus yang harus khusus sehingga dikhawatirkan kompornya dibagikan tapi jadi tidak digunakan. Sudah investasi, tapi tidak tercapai,” ujarnya.
Maka untuk menggalakkan penggunaan kompor listrik di kalangan masyarakat menengah ke atas, pihaknya hanya sebatas memberi imbauan perihal manfaatnya. Misalnya saja lebih cepat, bersih, dan praktis.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menerangkan program kompor induksi seharusnya dimulai dari orang menengah ke atas, bukan orang miskin.
Menurutnya, jika transisi dimulai dari masyarakat kurang mampu, maka pencapaian transisi akan terus rendah.
“Kemarin Pak Luhut memimpin rapat dan mau memulai yang bisa dilaksanakan. Mudah-mudahan kompor induksi dimulai lagi, sementara ini terus berjalan seperti adanya dahulu dengan membagikan rice cooker,” ujarnya dalam konferensi pers di Gedung DEN, Rabu (17/1).
Dia memaparkan, sebelumnya penggunaan kompor induksi pernah diuji coba di Solo dan Bali di mana per Kepala Keluarga (KK) membayar listrik hanya Rp 10.000 per bulan karena biaya memasak Rp 60 per jamnya.
“Namun sayang sosialisasi soal penghematan ini kurang dibandingkan menaikkan daya listrik,” imbuhnya.
Baca Juga: Bagi-bagi Rice Cooker Gratis Dimulai, Ini 5 Merek yang Ditunjuk Jadi Vendor
Dalam pelaksanaannya, lanjut Djoko, bagi-bagi kompor induksi membutuhkan biaya yang cukup mahal yakni Rp 2 juta per KK. Menimbang hal ini, pemerintah mencari opsi lain yakni rice cooker yang lebih ekonomis.
“Pembagian rice cooker paling bisa diimplementasikan, harganya lebih murah dari kompor induksi. Kalau bisa berjalan dengan membagikan ke seluruh masyarakat miskin sebanyak 31,5 juta, satu kali subsidi LPG bisa selesai,” sebutnya.
Djoko menyatakan, pembagian 500.000 rice cooker akan selesai di tahun ini, targetnya pemerintah akan menambah jumlahnya menjadi 700.000 rice cooker di 2025.
“Untuk 700.000 unit kita bisa cukup optimistis,” tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News