Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus berupaya mengurangi porsi asing dalam kepemilikan surat utang Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan dalam bentuk mata uang asing.
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Riko Amir mengungkapkan, hingga awal Desember 2021, porsi asing sudah berada di bawah 20%.
Sementara itu, pelaku pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik semakin mendominasi. Salah satunya, porsi kepemilikan perbankan nasional yang terus naik bertahap dari 20,37% pada 2019 menjadi 25,91% per 9 Desember 2021.
“Peran serta perbankan cukup besar, porsinya naik cukup tinggi,” Amir dalam Media Briefing: Strategi Pembiayaan APBN Tahun 2022, Senin (13/12).
Baca Juga: Tutup defisit APBN, Kemenkeu bakal terbitkan SBN Rp 991 triliun pada 2022
Asal tahu saja, keinginan untuk mengurangi porsi asing di SBN ini pernah disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati 2 tahun lalu. Dia berharap kepemilikan asing di SBN terus turun hingga 20% dari porsi saat itu yang mencapai 38,49%.
Adapun saat ini perubahan porsi kepemilikan SBN tenor pendek per 9 Desember yang didominasi Bank, adalah Bank sebanyak 25,91%, Bank Indonesia 23,51%, Asing 19,9%, Dana Pensiun dan Asuransi 14,33%, Lain-lain 16,3%.
Menurut Amir, perbankan cenderung membeli tenor jangka pendek karena menurunkan jangka waktu jatuh tempo atas utang, juga menekan dana secara efisien.
Baca Juga: Bareksa raih penghargaan mitra distribusi SBN terbaik dari Kementerian Keuangan
Sementara itu, Amir mengatakan, untuk yield SBN cukup tangguh di tengah tekanan yang terjadi di pasar keuangan. Contohnya saja pada yield SUN 10 tahun yang masih dalam tren menurun dan menunjukkan kinerja yield SBY tetap terjaga.
“Kinerja yang terjaga ini ditunjukkan oleh beberapa hal. Salah satunya dari surat utang jangka waktu 10 tahun. Pertama, spread yield SUN US$ 10 tahun terhadap US Treasury 10 tahun menyempit dibandingkan awal tahun, dari 87 bps menjadi 73 bps.
Kedua, kinerja yield SUN IDR 10 tahun juga lebih baik dibandingkan beberapa surat utang di negara lain secara year-to-date (ytd) alias tahunan.
Baca Juga: Menebak arah pergerakan IHSG pekan, saat ada RDG BI dan FOMC The Fed
Lalu yield SUN IDR 10 tahun juga naik 43 bps, lebih baik dari US Treasury yang naik 57 bps, dan beberapa negara berkembang lain seperti Filipina 180 bps, Rusia 263 bps, dan Turki 785 bps.
Kemudian, tidak hanya yang 10 tahun, surat utang 5 tahun juga menunjukkan kinerja yang baik.
Menurut Riko, yield SUN IDR 5 tahun bahkan lebih rendah dari level di awal tahun. Saat yield US Treasury 5 tahun naik mencapai 246,45% (ytd), yield SUN IDR 5 tahun justru minus 0,77%. Hal ini disebabkan juga demand domestik kita masih cukup kuat, di tengah perekonomian yang mulai pulih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News