Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah bakal mempererat Kerjasama dengan Australia dalam rangka mendukung hilirisasi dan energi baru terbarukan untuk pengembangan ekosistem industri baterai listrik di Indonesia.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, kerja sama ini dilakukan lantaran Australia memiliki cadangan lithum, salah satu komponen yang digunakan untuk membuat baterai listrik.
“Australia ini dalam strategi kami ke depan, akan menjadi salah satu negara yang akan dibutuhkan untuk berkolaborasi kaitannya dengan pembangunan ekosistem batrai mobil. Karena yang punya lithum itu Australia, dan Indonesia nggak punya itu,” tutur Bahlil dalam konferensi pers, Jumat (29/4).
Baca Juga: Model Bisnis Sinergi Grup Dharma Mendorong Kinerja Kuat di Kuartal 1 2023
Untuk diketahui, Indonesia sendiri memilih mengembangkan baterai kendaraan listrik berbasis nikel-mangan-kobalt, atau NMC battery.
Bahlil memprediksi, kerja sama ini bahkan bisa menjadikan Indonesia sebagai salah satu produsen baterai listrik terbesar di dunia.
Selain itu, selama ini hubungan kerja sama alias Penanaman Modal Asing (Asing) dari Australia juga terus meningkat.
Catatan terakhir pada kuartal I 2023, realisasi PMA dari negara tersebut mencapai US$ 156,6 juta dengan total proyek sebanyak 1.014. Australia juga menjadi negara di posisi ke-9 yang berinvestasi di Indonesia.
Baca Juga: Korsel dan AS akan Berbagi Rencana Nuklir untuk Mempertahankan Diri dari Korut
Proyek paling tinggi yang diminati oleh negara tersebut di antaranya, pertambangan, industri kimia dan farmasi, serta di sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran.
“Saya pikir Indonesia dengan Australia punya hubungan kerja sama yang baik, Dan kalau dilakukan kita akan menjadi salah satu pemain terbesar di dunia,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News