kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   10.000   0,52%
  • USD/IDR 16.295   -56,00   -0,34%
  • IDX 7.312   24,89   0,34%
  • KOMPAS100 1.036   -2,36   -0,23%
  • LQ45 785   -2,50   -0,32%
  • ISSI 243   1,24   0,51%
  • IDX30 407   -0,78   -0,19%
  • IDXHIDIV20 465   -1,41   -0,30%
  • IDX80 117   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,08   -0,07%
  • IDXQ30 129   -0,58   -0,45%

Kegiatan Dunia Usaha Lesu Tahun Ini, Tertekan Biaya Produksi


Sabtu, 19 Juli 2025 / 06:31 WIB
Kegiatan Dunia Usaha Lesu Tahun Ini, Tertekan Biaya Produksi
ILUSTRASI. Kinerja kegiatan dunia usaha tercatat mengalami tren perlambatan secara tahunan pada kuartal II-2025.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kegiatan usaha masih lesu di kuartal II-2025. Hal ini tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI), yang mencatat Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 11,70%.

Angka ini memang lebih tinggi dibanding kuartal I-2025 yang mencapai 7,63%, namun tumbuh melambat dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni kuartal II-2024 yang sebesar 17,20%.

Bahkan, hasil survei BI untuk kuartal III-2025 menunjukkan kegiatan usaha masih melanjutkan tren peningkatan, dengan SBT sebesar 11,98%. Meski sedikit lebih tinggi dari kuartal sebelumnya, namun tetap lebih rendah dibanding kuartal III-2024 yang mencatat SBT 14,40%.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef Rizal Taufiqurrahman menilai, meskipun secara kuartalan terdapat perbaikan dibanding kuartal I-2025, namun secara struktural dunia usaha masih mengalami tekanan.

"Tekanan biaya produksi, ketidakpastian global, dan konsumsi domestik yang belum sepenuhnya pulih menjadi faktor utama lemahnya momentum pertumbuhan sektor usaha, yang tidak sekuat tahun lalu," ujar Rizal kepada Kontan, Jumat (18/7).

Baca Juga: Hasil Survei BI: Kegiatan Dunia Usaha Tumbuh Melambat pada Kuartal I 2025

Rizal menambahkan, perlambatan ini diproyeksikan masih akan berlanjut pada kuartal III-2025 dengan estimasi SBT sebesar 11,98%, lebih rendah dari kuartal III tahun lalu yang sebesar 14,40%.

"Secara kuartalan memang ada ekspansi, tapi kecepatannya tidak sekuat tahun lalu," jelas Rizal.

Menurut Rizal, kombinasi dari tingginya biaya produksi, ketidakpastian global, pelemahan konsumsi rumah tangga, serta dampak dari kebijakan fiskal dan moneter yang cenderung ketat, menjadi faktor utama melambatnya ekspansi usaha.

Ia juga menilai bahwa bila kuartal III-2025 kembali mencatatkan perlambatan, maka hal ini menjadi sinyal konsisten terhadap perlambatan siklus bisnis yang sedang berlangsung.

Lebih lanjut, perlambatan kinerja dunia usaha berpotensi berdampak langsung terhadap lapangan kerja, khususnya di sektor-sektor padat karya seperti manufaktur, perdagangan, konstruksi, dan jasa.

"Dunia usaha yang melambat cenderung menahan ekspansi tenaga kerja, mengurangi jam kerja, atau bahkan melakukan efisiensi tenaga kerja dalam skala terbatas," kata Rizal.

Kondisi ini, menurutnya, berisiko menahan penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT), atau bahkan mendorong naiknya angka pengangguran baru.

"Jika tren ini terus berlanjut hingga akhir tahun, maka pemulihan pasar tenaga kerja pasca-pandemi bisa tertahan. Dampaknya bisa menimbulkan tekanan sosial-ekonomi yang lebih berat, khususnya bagi kelompok berpendapatan rendah," kata Rizal.

Rizal juga memprediksi, peluang perlambatan dunia usaha hingga akhir 2025 cukup besar. Hal ini dipicu oleh masih tingginya suku bunga kebijakan Bank Indonesia, ketegangan perdagangan global, serta belum optimalnya realisasi belanja pemerintah di sektor produktif.

Kendati demikian, Rizal menyebut terdapat peluang pemulihan di tahun 2026, terutama jika arah kebijakan fiskal dan moneter berubah ke arah yang lebih akomodatif.

"Jika Bank Indonesia mulai menurunkan suku bunga dan pemerintah mempercepat belanja modal padat karya, maka dunia usaha berpotensi rebound pada paruh pertama 2026. Ini penting untuk menjaga ekosistem bisnis dan ekonomi," ujarnya.

Baca Juga: Hasil Survei BI: Kegiatan Dunia Usaha Melambat Secara Tahunan Pada Kuartal II 2025

Untuk itu, menurut Rizal, dibutuhkan tiga langkah kebijakan yang terukur dan responsif. Pertama, pemerintah perlu segera mempercepat belanja infrastruktur, memperkuat stimulus fiskal khusus bagi sektor UMKM dan industri strategis, serta mempercepat program reskilling tenaga kerja agar selaras dengan kebutuhan pasar.

Kedua, BI perlu mengevaluasi ruang pelonggaran suku bunga secara bertahap, tanpa mengganggu stabilitas harga.

Ketiga, diperlukan sinergi antara kebijakan fiskal, moneter, dan pelaku usaha guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional serta melindungi kesejahteraan masyarakat.

Selanjutnya: Kode Redeem Saint Seiya EX Juli 2025, Ayo Klaim yang Masih Aktif! Ini Daftarnya

Menarik Dibaca: Kopi Bagus untuk Menurunkan Berat Badan, Ini 3 Alasannya Menurut Ahli Diet

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×