Reporter: Noverius Laoli | Editor: Harris Hadinata
JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) mencatat kebutuhan minyak goreng nasional tahun 2015 sebanyak 5,2 juta ton. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan estimasi produksi minyak goreng tahun 2015 sebanyak 21,9 juta ton. Dengan jumlah produksi sebanyak itu, pemerintah optimistis pasokan minyak goreng nasional akan tercukupi dengan harga yang terjangkau.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina mengatakan antara produksi dengan kebutuhan minyak goreng terjadi surplus yang sangat tinggi. Dengan surplus dan pasokan yang cukup tinggi ini, harga minyak goreng dipastikan tidak akan naik. "Harga akan naik bila pasokan kurang," ujar Srie, Senin (6/4).
Srie menjelaskan pemerintah menjamin ketersediaan pasokan minyak goreng bagi kebutuhan masyarakat sepanjang 2015. Produksi sebesar 21,9 juta ton ini terdiri dari minyak goreng eks crude palm oil (CPO) dan eks kopra.
Managing Director Sinar Mas G. Sulistyanto mengatakan, para pengusaha sawit yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) telah menjamin kepada pemerintah untuk memenuhi kebutuhan minyak goreng domestik. Dengan memenuhi kebutuhan pasokan dalam negeri, maka harga minyak goreng tidak akan mengalami kenaikan signifikan. Ia juga meminta masyarakat tidak khawatir terhadap kebijakan peningkatan industri biodiesel yang menggunakan produk CPO.
Sebab, produksi CPO mengalami peningkatan lebih cepat ketimbang kebutuhan akan CPO. Sebagai gambaran, pada tahun 2015 ini, produksi CPO diproyeksikan mencapai 30 juta ton. Dari jumlah itu, pemerintah akan mengalokasikannya sebanyak 5 juta ton untuk pengembangan biodiesel dan 5 juta ton untuk nonbiodiesel seperti minyak goreng dan 20 juta ton untuk diekspor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News