kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Kebijakan Moneter Bank Sentral Pasca Kebijakan Tarif Trump Hadapi Tantangan Inflasi


Jumat, 18 April 2025 / 06:45 WIB
Kebijakan Moneter Bank Sentral Pasca Kebijakan Tarif Trump Hadapi Tantangan Inflasi
ILUSTRASI. Kebijakan moneter bank sentral pasca kebijakan Trump cenderung lebih hati-hati, dengan The Fed tetap memantau inflasi.


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kebijakan moneter bank sentral pasca kebijakan Trump cenderung lebih hati-hati, dengan The Fed tetap memantau inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Sementara Bank Indonesia mungkin akan segera menurunkan suku bunga jika nilai tukar rupiah stabil.

Banjaran Surya Indrastomo, Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI), menjelaskan bahwa berbagai kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump berisiko meningkatkan inflasi global dan menyebabkan fluktuasi di pasar keuangan. Situasi tersebut dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dunia.

“The Fed mungkin akan melihat ini sebagai faktor yang berpotensi mengganggu kebijakan mereka terkait suku bunga, yang utamanya ditujukan untuk menjaga inflasi dan tingkat pengangguran,” ujar Banjaran kepada Kontan.co.id, Kamis (17/4).

Baca Juga: Trump Berseteru dengan The Fed Terkait Suku Bunga, Menuduh Powell Bermain Politik

Banjaran mengingatkan bahwa The Fed mungkin akan bersikap wait and see sebelum mengambil kebijakan selanjutnya.

Ia mencatat bahwa The Fed terakhir menurunkan suku bunganya ke level 4,5% di Desember 2024. Pasar memproyeksikan bahwa The Fed baru akan kembali menurunkan suku bunga sebesar 25 bps pada akhir semester pertama 2025.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI), selain perintah untuk menjaga nilai tukar dan stabilitas inflasi, juga sangat mempertimbangkan Interest Rate Differential untuk menjaga daya tarik yield surat berharga.

“Sepertinya belum akan menurunkan suku bunga sampai ada penurunan Fed Fund Rate (FFR) lebih lanjut,” kata banjaran.

Terutama karena momentum untuk melakukannya di bulan Ramadan yang diharapkan bisa mendorong perekonomian tampaknya telah hilang.

Baca Juga: Perang Tarif Trump Berpotensi Memicu Kenaikan Suku Bunga The Fed

Namun, Banjaran mencatat bahwa beberapa kebijakan terakhir BI tidak selalu sesuai dengan pola tersebut.

“Apabila nilai tukar rupiah membaik dan cukup stabil di level di bawah 16.500/USD, ada kemungkinan BI akan melakukan penurunan suku bunga lebih cepat dibanding The Fed,” tambahnya.

Saat ini, suku bunga BI berada di level 5,75%, termasuk salah satu yang tertinggi di ASEAN, setelah Filipina menurunkan suku bunganya pada bulan April ini. Hanya Myanmar dan Laos yang memiliki tingkat suku bunga lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Selanjutnya: Ganjil Genap Jakarta Hari Ini Berlaku atau Tidak? (18 April 2025)

Menarik Dibaca: 25 Makanan Penyebab Asam Urat & Tinggi Purin, Batasi biar Tidak Kambuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×