Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
Di sisi lain, Dicky mengingatkan bahwa apabila Indonesia atau negara lainnya sudah melewati puncak pandemi, bukan berarti virus corona sudah hilang.
Hal ini dikarenakan, kata dia, istilah melewati puncak pandemi hanya untuk menilai bahwa suatu negara sudah berhasil mengendalikan pandemi berkat testing dan tracing-nya yang sudah memadai.
"Tercapainya puncak juga bukan berarti bahwa virus itu sudah tidak ada atau hilang, tapi tercapainya puncak itu berarti bahwa kita sudah berhasil melakukan strategi 3T sudah memadai. Jauh di atas standar WHO dan dengan test positivity rate yang di bawah 8% dalam masa yang konsisten," ungkap Dicky.
Untuk itu, dia mengingatkan agar pemerintah tetap konsisten menjalankan strategi pengendalian pandemi meski nantinya Indonesia sudah melewati puncak. Sementara itu, masyarakat juga diharapkan tetap konsisten menjalankan strategi 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan menghindari kerumunan.
Baca Juga: Aturan PPKM Mikro akan diperketat dan cakupan vaksinasi lansia dikejar
Diberitakan, Presiden Joko Widodo menyebut bahwa kasus Covid-19 di sejumlah negara mengalami lonjakan beberapa waktu terakhir. Mengetahui hal ini, ia mengaku bersyukur karena kasus Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan.
"Kita alhamdulillah, di Januari kita pernah berada di angka 13.000 kasus harian, 14.000, bahkan pernah 15.000. Sekarang kita sudah turun dan berada di angka 5.000, 6.000, dan akan terus kita turunkan," kata Jokowi saat membuka Musyawarah Nasional V Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) di Istana Negara, Jumat (26/3/2021). (Nicholas Ryan Aditya)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Epidemiolog Nilai Indonesia Belum Lewati Puncak Pandemi meski Kasus Harian Covid-19 Turun"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News