Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
2. Tahapan dan kriteria kebijakan pemerintah yang belum jelas
Dalam mencari keseimbangan antara gas dan rem tadi, Tonang berpendapat diperlukan kepemimpinan dan arah kebijakan yang jelas dari pemerintah. "Misalnya, kita longgarkan segini, kalau nanti bisa begini, kita tambah longgarnya. Kalau nanti ada begini, kita ketatkan lagi, dan seterusnya," ujar Tonang mencontohkan.
Baca Juga: Ada 1.331 kasus corona baru di Indonesia Kamis (18/6), Jatim catat tambahan terbanyak
Menurutnya, hal tersebut harus jelas dan disampaikan di awal. Sehingga masyarakat mendapat acuan atau pegangan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Faktor testing yang agresif
Selain dua faktor tadi, melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia menurut Tonang yakni dikarenakan faktor testing yang agresif. "Oh jelas itu (testing yang agresif) dan memang itu harapannya," ucap Tonang.
Baca Juga: Update corona Kota Depok: Jumlah RW rawan COVID-19 berkurang drastis
Namun, lanjutnya, yang sebenarnya diharapkan yakni jumlah pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) yang meningkat, tetapi jumlah yang positif menurun. Tonang menjelaskan, saat ini angka positivitas masih berkisar di angka 11,5 persen.
"Kalau bisa, justru semakin banyak pemeriksaan PCR itu angka positivitas akan turun sampai di bawah 5%. Minimal itu dibawah 5%," papar Tonang. Apabila jumlah pemeriksaan meningkat dan bersamaan jumlah positif juga meningkat, maka sebenarnya masih banyak kasus positif yang selama ini belum terdeteksi.