Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit transaksi berjalan alias current account deficit (CAD) Indonesia belum kunjung membaik. Per kuartal II-2019, CAD justru makin tinggi mencapai US$ 8,4 miliar atau setara 3% dari produk domestik bruto (PDB).
Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Adrianto mengatakan, pemerintah terus mengupayakan kebijakan untuk mengurangi CAD.
“Tentu pemerintah terus mendorong penguatan ekspor dari sisi fiskal, termasuk melalui pembiayaan ekspor oleh LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia),” kata Adrianto, Selasa (13/8).
Baca Juga: BI memproyeksikan defisit transaksi berjalan hingga akhir tahun 2,8% dari PDB
Peran LPEI, lanjut Adrianto, terutama untuk memenuhi potensi ekspor ke negara-negara pasar baru seperti Afrika. Peran LPEI penting lantaran ekspor ke negara non-tradisional secara komersial kurang feasible dan berisiko dalam pembiayaannya (default payment) serta memiliki tingkat risiko politik yang tinggi.
Di sisi impor, pemerintah juga membendung masuknya barang-barang yang dapat membuat industri dalam negeri sulit bersaing melalui penerapan bea masuk anti-dumping (BMAD). Kebijakan fiskal ini diakui Adrianto memang bukan secara langsung menyasar ke perbaikan CAD.
Baca Juga: BI: PDB tumbuh rendah sebabkan pelebaran rasio CAD ke 3%
“Tapi ini untuk memberikan perlakuan adil dan perlindungan untuk industri di dalam negeri,” lanjutnya.