kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Jumlah Uang Beredar Turun, Bisa Jadi Tanda Konsumsi Lunglai


Jumat, 24 Februari 2023 / 19:42 WIB
Jumlah Uang Beredar Turun, Bisa Jadi Tanda Konsumsi Lunglai
ILUSTRASI. Uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami penurunan nominal dan perlambatan pertumbuhan pada Januari 2023. KONTAN/Baihaki/


Reporter: Bidara Pink | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami penurunan nominal dan perlambatan pertumbuhan pada Januari 2023. 

Bank Indonesia (BI) mencatat, M2 pada Januari 2023 sebesar Rp 8.271,7 triliun atau tumbuh 8,2% secara tahunan. 

Sedangkan pada Desember 2022, M2 terpantau sebesar Rp 8.528,0 triliun atau tumbuh 8,4% secara tahunan. 

Kondisi ini, salah satunya, dipengaruhi oleh komponen uang beredar dalam arti sempit (M1) yang juga mengalami penurunan nominal dan perlambatan pertumbuhan. 

Komponen M1 pada Januari 2023 tercatat Rp 4.581,3 triliun atau tumbuh 8,5% secara tahunan. Ini lebih rendah dari bulan Desember 2022 yang sebesar Rp 4.834,6 triliun atau tumbuh 9,5% secara tahunan. 

Baca Juga: Dibayangi Inflasi dan Rebalancing Aset, Cermati Skema Investasi Berikut ini

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat, penurunan baik M2 maupun M1 pada awal tahun 2023 sejalan dengan pola musiman. 

"Pola musiman. Biasanya memang pada akhir tahun meningkat, tetapi melandai pada awal tahun berikutnya," terang David kepada Kontan.co.id, Jumat (24/2). 

Namun, David menyoroti perihal M1 yang menjadi salah satu sumber penurunan M2. Pasalnya, M1 ini erat kaitannya dengan aktivitas konsumsi masyarakat. 

Dengan penurunan M1, David melihat aktivitas perekonomian pada awal tahun 2023 belum ngegas. 

"Aktivitas ekonomi belum kencang. Kalau makin kencang, biasanya peredaran uang naik. Orang belanja. Ini berarti belum kuat," kata David. 

Nanti, David menduga baik M1 maupun M2 akan naik pada bulan Ramadan dan Idul Fitri, yang jatuh pada bulan Maret 2023 dan April 2023. 

Bila tak menunjukkan peningkatan yang signifikan juga, maka David meminta pemerintah hati-hati akan adanya perlambatan konsumsi masyarakat. 

Kabar baiknya, David melihat kemungkinan ini hanya di paruh pertama 2023. Pasalnya, pada paruh kedua 2023, ada kemungkinan peningkatan peredaran uang jelang pemilu awal tahun 2024. 

Baca Juga: BI Perkirakan DPK Perbankan Naik di kisaran 7,9% hingga 8,1% pada Tahun 2023

"Masih ada harapan jelang Pemilu membawa efek. Karena biasanya ada kampanye, mendorong konsumsi dan tentu mendorong peredaran uang," jelasnya. 

Hanya saja, pemerintah jangan jemawa dan tetap harus menguatkan kuda-kuda mengingat ketidakpastian dari global masih mengintai. 

Dengan demikian, penting bagi pemerintah untuk menjaga keyakinan masyarakat, sehingga aktivitas konsumsi berjalan, uang juga beredar, dan perekonomian tetap solid. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×