Reporter: Abdul Basith Bardan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah testing untuk menemukan kasus positif virus corona (Covid-19) dinilai masih belum optimal. Jumlah testing yang sedikit membuat banyak kasus tidak terdeteksi oleh pemerintah.
"Kasus sebenarnya jauh lebih besar, lebih tinggi di masyarakat," ujar epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (19/5).
Kondisi tersebut, kata Dicky, tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Seperti Brasil dan India, ledakan kasus positif Covid-19 akan terjadi di Indonesia.
Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Rabu (19/5): Tambah 4.871 kasus, ingat jaga jarak
Dicky mengatakan, ledakan kasus itu akan berlangsung dalam waktu yang tak lama lagi. Pasalnya saat ini kondisi silent outbrake itu telah masuk dalam titik jenuh.
"Saat ini sudah mau titik jenuh, dalam 1 bulan hingga 3 bulan ke depan ini kita akan mengalami ledakan," terang Dicky.
Ledakan tersebut akan banyak terjadi di tengah masyarakat terutama di rumah. Namun, ledakan itu belum tentu terpantau oleh data kasus harian yang disampaikan Satgas Penanganan Covid-19 karena banyak kasus tak terdeteksi.
"Karena sebagian besar kasus infeksi, sebagian besar klaster itu tidak terdeteksi," jelas Dicky.
Selain itu, pergerakan manusia di Indonesia pun berpotensi semakin mengembangkan penularan Covid-19. Tidak hanya akibat mudik pada libur Hari Raya Idul Fitri yang lalu, mobilitas masyarakat dalam jumlah besar sebelumnya juga terus mengembangkan klaster baru penularan Covid-19.
Hal itu yang membuat Indonesia saat ini masih dalan status community transmission oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dicky menyebut hal itu menunjukkan penanganan Covid-19 di Indonesia masih dalam status terendah.
Selanjutnya: Jadi kabar baik, dua minggu berturut kasus COVID-19 global turun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News