kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jubir Penanganan Covid-19: Jumlah orang berisiko corona bisa sampai 700.000 orang


Jumat, 20 Maret 2020 / 23:19 WIB
Jubir Penanganan Covid-19: Jumlah orang berisiko corona bisa sampai 700.000 orang
ILUSTRASI. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto memberikan keterangan pers di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (19/3/2020). Berdasarkan data pemerintah hingga Kamis (19/3), jumlah kasus positif COVID-19 mencapai 309 kasus di 16 provinsi se-Indo


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Pemerintah mulai menjalankan rapid test atau tes cepat penyebaran corona atau Covid-19 di masyarakat.  Tes cepat dilakukan untuk menngantisipasi sebaran lebih lanjut alias penularasn dari virus corona ini.

Tes awal bahkan sudah dilakukan sejak Jumat malam  (20/3) di kawasan Jakarta Selatan alias zona merah atau menjadi daerah terbanyak  paparan virus corona.  Proyeksi pemerintah, populasi berisiko terpapar Covid-19 di Indonesia bisa menyentuh angka 700.000 jiwa.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menyebutkan, rapid test  dilakukan ke semua pihak yang memiliki riwayat kontak langsung dengan pasien positif corona atau  Covid-19, atau siapa pun yang berisiko menularkan infeksi virus corona.

“Dalam hitungan yang kami miliki, population at risk, kelompok jumlah orang yang beresiko corona ada pada kisaran 600.000- sampai 700.000 orang,” ujar Yuri, panggilan karib jubir pemerintah itu dalam jumpa pers,  Jum’at (20/13).  Oleh karena itu, pemerintah menyiapkan sekitar 1 juta kit untuk pemeriksaan secara massal untuk identifikasi kasus positif korona di masyarakat..

Test cepat (rapid test)  dilakukan dengan penelusuran ke seluruh pihak yang pernah kontak dengan pasien positif corona.  Sebagai contoh, ada pasien terinfeksi virus corona yang ternyata selama 14 hari ke belakang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. “Maka, seluruh anggota keluarga yang tinggal bersamanya akan diperiksa melalui rapid test,” ujar Yurianto.

Pun bila ada pasien positif corona yang sepanjang 14 hari sebelum dinyatakan positif melakukan aktivitas di kantor. Maka, terhadap seluruh orang yang berada dalam satu ruangan atau melakukan kontak di lingkungan kerja akan, pemeriksaan cepat dilakukan.

"Ini adalah langkah-langkah penjajakan awal di dalam kaitan pemeriksaan secara massal. Ini yang kita harapkan bisa kita laksanakan," ujar Yurianto.

Kendati rapid test bisa menunjukkan potensi seseorang terinfeksi virus corona atau tidak, hasilnya tak 100 persen akurat. Rapid test nantinya menggunakan pemeriksaan darah dengan mengecek kadar imunoglobulin, yakni kadar antibodi dalam tubuh yang bisa memberi gambaran ada dan tidaknya virus.

Sementara itu, penegakan diagnosis Covid-19 selama ini lebih banyak menggunakan tes usap atau usap dengan mengambi sampel cairan dinding hidung belakang atau dinding mulut belakang. "Sensitivitasnya beda, tetapi ini adalah screening awal unuk menemukan kasus yang berpotensi menjadi positif. Saat screening positif, akan dilanjutkan dengan tes PCR untuk memastikan positif yang sesungguhnya," kata Yurianto.

Metode pemeriksaan, kata Yurianto, dengan mengambil sampel darah. Hasil pemeriksaan akan keluar dalam waktu dua menit. Alat itu akan mengecek kandungan immunoglobulin pada darah pasien.

Zat immunoglobulin biasa ditemukan pada pasien yang mengidap virus corona. Oh iya, immunoglobulin adalah zat yang terbentuk bila ada virus dalam tubuhnya. “Jika rapid test itu menunjukan hasil positif, pasien akan lanjut menjalani tes polymerase chain reaction,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×