Reporter: Indra Khairuman | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50% pada Mei 2025.
Langkah ini menjadi sinyal awal perubahan kebijakan dari fokus stabilitas ke arah yang lebih pro-pertumbuhan.
Penurunan suku bunga ini didorong oleh meredanya tekanan inflasi, menguatnya nilai tukar rupiah, serta meningkatnya aliran modal asing.
Baca Juga: BRI Sebut Penurunan Suku Bunga Acuan ke 5,50% Potensi Turunkan Cost of Fund Bertahap
Namun, arah pelonggaran moneter selanjutnya tetap akan bergantung pada dinamika pertumbuhan ekonomi domestik dan perkembangan eksternal yang berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan bahwa keputusan BI selaras dengan terkendalinya inflasi yang berada dalam kisaran target 2,5±1%.
“Selain karena inflasi yang relatif rendah, penguatan rupiah sebesar 1,13% hingga 20 Mei dan meningkatnya aliran modal asing turut mendukung pelonggaran ini. Kondisi global pun lebih kondusif seiring meredanya ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (22/5).
Dari sisi domestik, perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi pertimbangan utama BI dalam memberikan stimulus tambahan.
Pada kuartal I-2025, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,87% (YoY), berada di bawah ekspektasi pasar.
Baca Juga: Suku Bunga Turun, Nilai Obligasi yang Diperdagangkan akan Cenderung Naik
“Pelonggaran moneter diharapkan mampu menurunkan cost of fund dan secara bertahap mendorong penurunan suku bunga kredit perbankan dalam 3 hingga 6 bulan ke depan,” jelas Josua.
Langkah BI juga didukung oleh kebijakan makroprudensial seperti pelonggaran rasio Pembiayaan Likuiditas Makroprudensial (PLM) dan peningkatan Rasio Pendanaan Luar Negeri (RPLN).
Indikasi kesiapan sektor perbankan untuk merespons kebijakan ini tercermin dalam Indeks Lending Standard (ILS) yang menunjukkan angka negatif sebesar -1,32 pada triwulan I-2025, dan diproyeksikan -1,39 pada triwulan II-2025.
Baca Juga: BI Rate Sudah Dipangkas, Kapan Bank Turunkan Suku Bunga Kredit?
Hal ini menunjukkan pelonggaran standar penyaluran kredit, terutama di segmen konsumsi dan properti seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
“Meski terjadi peningkatan biaya dana dan overhead pada Maret 2025, perbankan cenderung menurunkan margin keuntungan guna menjaga daya saing kredit,” tambah Josua.
Ke depan, Josua menilai masih ada ruang bagi BI untuk kembali menurunkan suku bunga, terutama jika pertumbuhan ekonomi belum mencapai target 4,6%–5,4% pada 2025.
“Kami memperkirakan ruang untuk satu kali lagi penurunan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25% di semester II-2025,” ujarnya.
Namun demikian, Josua mengingatkan bahwa BI tetap perlu menjaga keseimbangan antara mendorong pertumbuhan dan mempertahankan daya tarik aset domestik, di tengah persaingan hasil investasi global yang masih dinamis.
Baca Juga: BI Perkirakan The Fed Pangkas Suku Bunga 2 Kali, pada September dan Desember 2025
Oleh karena itu, menurutnya, kombinasi instrumen kebijakan BI, termasuk operasi moneter, instrumen yang ramah pasar (pro-market), serta upaya stabilisasi nilai tukar rupiah, akan menjadi kunci menjaga efektivitas pelonggaran moneter di tengah ketidakpastian global.
Selanjutnya: Kurator Ungkap Proses Kepailitan Sritex, Begini Penjelasannya
Menarik Dibaca: Antisipasi Hujan Petir, Ini Prakiraan Cuaca Besok (23/5) di Jawa Tengah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News