Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo optimis moda transportasi massal berbasis rel (mass rapid transit/MRT) akan populer digunakan masyarakat Ibu Kota. Salah satu caranya, adalah mendampingi MRT dengan sejumlah kebijakan.
Dalam public hearing MRT di Balaikota Jakarta, Jokowi mengakui ada keraguan dari masyarakat untuk menggunakan MRT. Alasannya cukup klasik, yakni tarif yang relatif lebih mahal dibanding beraktivitas menggunakan jenis transportasi lain.
"Ini masalah penumpang, masih ada bayangan jumlah biaya dan kami memperkirakan jumlah penumpang akan rendah. Tapi nanti lihat saja," kata Jokowi, Rabu (20/2/2013).
Ia menegaskan, akan mendesak masyarakat untuk menggunakan transportasi massal dalam menunjang rutinitasnya. Mulai dari ganjil genap, jalan berbayar (electronic road pricing/ERP), dan pajak parkir tinggi, serta menekan tarif MRT sendiri.
"Seperti di Singapura, didampingi dengan policy, dan saya akan dampingi itu dengan keras. Memang iya, kalau tarif MRT Rp 10.000, mending naik sepeda motor," ujarnya.
PT MRT Jakarta memprediksi tarif transportasi ini ada di kisaran Rp 15.000 per orang dengan asumsi jumlah penumpang mencapai 174.000-261.800 orang per hari, dan subsidi pemerintah Rp 3,1 triliun dalam 11 tahun, atau Rp 2,2 triliun dalam 22 tahun. Bila tanpa subsidi, tarifnya mencapai Rp 35.000 per orang.
"Itu kajian kami, dan harga tiket tergantung juga dengan subsidi dari pemerintah," ujar Direktur Utama PT MRT Jakarta Tribudi Rahardjo. (Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News