Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Partai Gerindra dan Partai Amanat Nasional hampir dipastikan berkoalisi dengan mengusung pasangan Prabowo Subianto sebagai calon presiden dan Hatta Rajasa sebagai calon wakil presiden.
Survei Indikator Politik Indonesia yang dirilis pada Selasa (13/5) siang menunjukkan elektabilitas pasangan ini masih di bawah elektabilitas calon presiden PDI-P, Joko Widodo, jika dipasangkan dengan politisi Golkar, Jusuf Kalla. Duet Jokowi-JK menguat setelah adanya wacana Golkar akan merapat ke PDI-P.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN Viva Yoga mengatakan, hasil survei itu tak bisa dijadikan patokan.
"Itu kan masih survei, belum tentu sesuai. Saya disurvei tidak masuk DPR, nyatanya sekarang masuk," kata Yoga, yang hadir dalam jumpa pers rilis survei tersebut.
Hasil survei, menurut dia, bisa berubah sesuai dengan waktu dan dinamika yang ada di masyarakat. Ia yakin, dalam waktu dua bulan ini, Prabowo dan Hatta akan berhasil meningkatkan elektabilitasnya.
"Masyarakat kita itu dinamis. Kalaupun hasil (survei) ini bisa dijadikan patokan, tentu bisa berubah," ujarnya.
Yoga juga mengaku tidak setuju dengan hasil survei Indikator yang menyebut figur calon wakil presiden tidak berpengaruh terhadap calon presiden.
"Saya tidak sepakat faktor cawapres tidak berpengaruh secara signifikan. Saya yakin kalau dipasangkan dengan Hatta, bisa sangat berpengaruh dengan kualitas dia yang sedemikian mumpuni. Untuk apa capres hati-hati dalam memilih dan meneliti calon wakil presidennya kalau tidak berpengaruh," ujarnya.
Dalam survei itu, Jokowi-Jusuf Kalla mendapatkan sebesar 51,0 persen, sedangkan Prabowo-Hatta sebesar 32,4%. Sisanya sebanyak 16,6% menjawab tidak tahu.
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih dengan jumlah sampel 1.220 orang. Margin of error plus-minus 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Metode dilakukan dengan wawancara tatap muka pada 20-26 April 2014. Survei ini dilakukan Indikator Politik Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Pengembangan Demokrasi Indonesia (YPDI) dan Australian National University (ANU). (Ihsanuddin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News