kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jelang RDG, ekonom perkirakan BI rate tetap 7,5%


Kamis, 11 September 2014 / 11:58 WIB
Jelang RDG, ekonom perkirakan BI rate tetap 7,5%


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) hari ini, Kamis (11/9) akan menggelar ​Rapat Dewan Gubernur. RDG ini akan menentukan besarnya tingkat suku bunga acuan atau BI rate. Para ekonom menebak, bank sentral masih akan menahan suku bunga acuan di level 7,5%.

Ekonom Universitas Gadjah Mada, Anthonius Tony Prasetiantono menduga BI rate masih tetap di level 7,5%. Hal ini lantaran meski tingkat inflasi sudah mulai terkendali, di sisi lain likuiditas di perbankan nasional masih ketat.  

"Deposan besar masih meminta suku bunga 10% bahkan 11%. Membaiknya ekonomi di Amerika Serikat juga berpotensi menyebabkan capital outflow," kata Tony kepada KONTAN, Kamis (11/9).

Oleh karena itu BI diperkirakan belum akan menurunkan suku bunga acuan atau BI rate. Apalagi di tengah rencana bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) menghentikan quantitative easing dan menaikkan suku bunga acuannya setidaknya 0,25%. 

Pengamat perbankan dari Universitas Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko, juga memperkirakan BI masih tetap akan mempertahankan BI rate di posisi saat ini. Meski kondisi inflasi yang cukup terkenali, namun kondisi pasar masih agak hati-hati.

"Tidak ada alasan bagi BI untuk menaikkan atau menurunkan BI rate. Karena potensi gejolak tetap ada," ujarnya.

Ekonom Standard Chartered Bank Indonesia Fauzi Ichsan menambahkan,  BI rate masih akan tetap bertahan di level 7,5%. Menurutnya BI rate masih akan bertahan setidaknya pada bulan September ini lantaran tidak ada indikasi dari pemerintahan Presiden SBY untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Kelihatannya pemerintahan Presiden Joko Widodo yang akan naikkan harga BBM mungkin pada November mendatang. BI rate bisa naik. Bank Indonesia reaktif tunggu sampai ada kenaikan harga BBM," ucap Fauzy.

Lebih lanjut Fauzy mengungkapkan bahwa selama dua tahun ke depan, kemungkinan suku bunga acuan BI rate untuk turun, akan kecil. Hal ini lantaran adanya prospek kenaikan harga BBM dan juga normalisasi kebijakan moneter di AS berupa kenaikan The Fed Fund Rate. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×