Reporter: Siti Masitoh | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan nilai impor pada Oktober 2025 mencapai US$ 21,84 miliar, turun 1,15% dibandingkan Oktober 2024, tetapi naik 7,4% dibandingkan September 2025.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan, penurunan impor tahunan terutama berasal dari impor migas yang merosot 23,32%, sedangkan impor non migas masih tumbuh 3,26%. Josua menyebut, kondisi ini mencerminkan normalisasi impor energi serta pergeseran komposisi impor ke arah barang modal.
“Dengan kata lain, gambar besar impor sebenarnya bukan pelemahan menyeluruh, tetapi kombinasi normalisasi impor energi dan pergeseran komposisi impor ke arah barang modal,” tutur Josua kepada Kontan, Senin (1/12/2025).
Baca Juga: Impor Konsumsi dan Bahan Baku/Penolong Kompak Turun Sepanjang Januari-Oktober 2025
Adapun pemulihan aktivitas manufaktur turut terlihat dari kenaikan indeks industri pengolahan menjadi 51,2 pada Oktober, serta lonjakan PMI manufaktur November yang mencapai 53,3, tertinggi sejak Februari 2025. Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan pesanan baru dan pembelian bahan baku menjelang akhir tahun.
Secara kumulatif Januari - Oktober 2025, impor barang konsumsi dan bahan baku masing-masing masih turun 2,05% dan 1,25%. Sementara itu, impor barang modal melonjak 18,67%. Penurunan impor bahan baku, menurut Josua, banyak dipengaruhi normalisasi komoditas seperti serealia, besi baja, dan bahan kimia yang tahun lalu sempat meningkat tajam.
Baca Juga: Indonesia Paling Banyak Impor Mesin dan Peralatan Mekanis pada Januari-Oktober 2025
Menurut Josua, penurunan impor tahunan pada Oktober lebih dipengaruhi tingginya basis 2024 dan penyesuaian struktur impor, bukan pelemahan permintaan domestik.
Justru tanda-tanda pemulihan terlihat dari kenaikan impor bulan-ke-bulan dan penguatan aktivitas manufaktur yang diperkirakan mencapai puncaknya pada November–Desember 2025.
“Sebagian kebutuhan impor untuk Natal dan tahun baru jatuh ke November dan seterusnya,” ungkapnya.
Josua menambahkan, dari sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga sepanjang 2025 cenderung tumbuh namun tidak terlalu agresif sehingga pelaku usaha lebih berhati-hati dalam mengelola persediaan barang konsumsi impor.
Baca Juga: Pemerintah Akan Impor Migas Hingga 15 Juta Ton dari AS, Bagian dari Negosiasi Tarif
Selain itu, tekanan nilai tukar yang membuat barang impor relatif lebih mahal juga mendorong substitusi sebagian barang konsumsi dan bahan baku dengan produksi lokal, terutama di sektor makanan-minuman, tekstil, dan kebutuhan sehari-hari.
Di sisi global, ketidakpastian akibat perang dagang serta penyesuaian pola ekspor negara besar seperti China ke kawasan ASEAN membuat pemerintah dan pelaku usaha lebih selektif terhadap masuknya produk impor agar tidak membanjiri pasar domestik.
“Dalam konteks ini, penurunan impor barang konsumsi dan bahan baku lebih mencerminkan penyesuaian struktur dan efisiensi, bukan semata-mata perlambatan ekonomi,” ungkapnya.
Baca Juga: BPS: Impor Pada Oktober 2025 Turun Jadi US$ 21,84 Miliar
Selanjutnya: Kinerja Portofolio per November 2025, Emas Paling Cuan
Menarik Dibaca: Promo PSM Alfamart Periode 1-7 Desember 2025, Es Krim Wall’s Feast Beli 2 Gratis 1
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













