Reporter: Fahriyadi | Editor: Dadan M. Ramdan
Siang itu, cuaca Bandar Lampung lumayan terik karena matahari tepat di atas kepala. Hawa yang panas membuat sejumlah pengendara yang lewat ibukota Provinsi Lampung sejenak beristirahat, sekadar melepaskan penat dan lelah.
Adalah Narto, sopir mobil boks yang sedang beristirahat di sebuah rumah makan dekat Bandara Radin Intan, Bandar Lampung. Pria berusia 35 tahun ini akan menempuh perjalanan panjang di jalur lintas Sumatera untuk sampai ke Palembang. Jalan ini rutin dilewati Narto yang membawa paket logistik ke berbagai wilayah di Sumatera. Lima tahun menjelajahi kawasan tersebut membuat Narto paham kondisi dan karakter jalan yang menjadi urat nadi Pulau Suwarnadwipa tersebut.
Menurutnya, jalur lintas Timur jalannya cenderung mulus ketimbang lintas tengah dan lintas barat Sumatera. "Lebih cepat sampai sehingga bahan bakar bisa efisien," katanya kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Narto membandingkan mobil box yang dipacunya bisa menempuh Bandar Lampung–Palembang yang berjarak sekitar 400 kilometer (km) selama 10 jam dengan. Jika mengambil lintas tengah maka waktu tempuh lebih lama 3-4 jam karena harus memutar, selain medan yang banyak perbukitan. Meski terbilang baik, masih ada beberapa titik yang kondisi jalannya rusak. Aspal mengelupas, jalan tidak rata hingga lubang di tengah jalan yang masih luput dari perbaikan.
Tak hanya masalah fisik jalan, Narto bilang, jalur lintas Timur terkenal angker karena rawan kejahatan. Maklum jalan berada di tengah hutan yang masih minim penerangan. "Lintas timur di Kabupaten Mesuji menjadi daerah angker bagi sopir angkutan logistik karena marak aksi perampokan," sebut Narto.
KONTAN sendiri berkesempatan menjajal langsung dengan melakukan perjalanan darat menggunakan bus sejauh 360 km dari Bandar Lampung sampai Palembang.
Dari pantauan, sebagian besar ruas jalan yang memiliki lebar sekitar tujuh meter itu memang sudah rata. Jalan mulai bermasalah ketika memasuki wilayah Kayu Agung dan Indralaya, Sumatera Selatan. Di beberapa lokasi juga tampak pekerja tengah meratakan jalan dengan beton atau aspal agar permukaannya kembali mulus.
Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Murjanto mengatakan jalan lintas timur Sumatera menjadi salah satu prioritas pemerintah pusat untuk dibenahi. Kondisi jalan yang datar menjadi primadona para pengendara yang akan ke Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Sumatera Utara, dan Aceh. "Jalan ini penting untuk menunjang perekonomian Sumatera, layaknya Pantura di Pulau Jawa," ungkapnya.
Menurut Djoko dari panjang jalan lintas timur yang mencapai 2.717 km dari Lampung–Aceh, masih terdapat jalan rusak sepanjang 93 km atau sekitar 3%. Nah, dari 93 km jalan yang rusak itu, sepanjang 31 km berada antara Palembang–Lampung. "Mudah-mudahan akhir 2014, jalan bisa 100% mantap," janjinya.
Kenapa harus menunggu 2014? Djoko berdalih, bujet perbaikan dan perawatan untuk jalan lintas timur Sumatera dilakukan secara multiyears. Untuk tahun ini baru tersedia dan Rp 1,9 triliun, sisanya tahun depan.
Pemerintah setelah jalan lintas Sumatera mulus bisa membuat ekonomi di pulau ini ikut melesat. Jangan seperti Jawa, ekonomi tumbuh tapi jalan rusak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News