Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk menjaga komposisi utang tetap optimal, pada bulan Maret 2022 pemerintah telah melakukan langkah strategis dan oportunistik melalui transaksi debt switch dan liability management.
Seperti dikutip dalam keterangan resmi pada Rabu,(20/4), langkah ini ditempuh pemerintah guna mengantisipasi risiko global dan mengurangi risiko jatuh tempo, agar dapat memberi nafas bagi perekonomian yang masih dalam pemulihan.
Selain itu, transaksi liability management juga bertujuan untuk melakukan penghematan biaya utang dari penurunan beban bunga.
Seperti diketahui, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pembiayaan utang berjalan on track. Ia menyampaikan realisasi pembiayaan utang hingga akhir Maret 2022 mencapai Rp 149,6 triliun atau 15,4% pagu APBN 2022.
Baca Juga: Sering Dikritik Soal Utang, Begini Jawaban Sri Mulyani
“Pembiayaan dengan penerbitan surat utang sampai dengan bulan Maret justru mengalami penurunan yang sangat drastis. Ini karena penerimaan negara yang makin kuat, sementara belanjanya tetap terkendali,” Ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Edisi April 2022, Rabu (20/4).
Secara rinci untuk pembiayaan utang berasal dari penerbitan surat berharga negara (SBN) neto sebesar Rp 133,6 triliun dan realisasi pinjaman (neto) sebesar Rp 15,99 triliun.
Pada bulan Maret dilakukan penetapan hasil penjualan atas penerbitan Sukuk Negara Ritel (SR) seri SR016 yang ditawarkan pada 25 Februari s.d. 17 Maret 2022. SR016 diterbitkan dengan kupon terendah sepanjang sejarah penerbitan SBSN Ritel tradable, yaitu 4,95%.
Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam upaya menurunkan yield dan menekan biaya penerbitan SBN. Meski demikian, animo masyarakat untuk berinvestasi di SR016 masih cukup tinggi.
Baca Juga: Kebijakan untuk Mengurangi Dampak Inflasi, Pengertian, Jenis, Tujuan, & Instrumennya
Hal ini terlihat dari total pemesanan yang mencapai Rp 18,41 triliun dari 44.579 investor. Pemerintah juga berhasil melakukan penerbitan SUN Valas berdenominasi USD dengan tenor 10 dan 30 tahun.
“Seiring membaiknya ekonomi domestik dan tingginya harga komoditas, kinerja penerimaan dan belanja negara terus dioptimalkan dengan dukungan pembiayaan yang terus terjaga pengelolaannya secara terukur, prudent, dan kredibel,” tulis Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu Rahayu Puspasari dalam keterangan resmi, Rabu (20/4).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News