kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.739   21,00   0,13%
  • IDX 7.480   0,54   0,01%
  • KOMPAS100 1.157   2,51   0,22%
  • LQ45 918   4,40   0,48%
  • ISSI 226   -0,78   -0,35%
  • IDX30 474   2,88   0,61%
  • IDXHIDIV20 571   3,56   0,63%
  • IDX80 132   0,52   0,39%
  • IDXV30 140   1,17   0,84%
  • IDXQ30 158   0,64   0,41%

IPO dan SWF-INA menjadi opsi BUMN untuk meraih pendanaan


Senin, 22 Maret 2021 / 17:56 WIB
IPO dan SWF-INA menjadi opsi BUMN untuk meraih pendanaan
ILUSTRASI. Ilustrasi IPO atau Go Public; initial public offering; bursa efek indonesia; bei; KONTAN/Daniel Prabowo/4/11/2016


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji menilai IPO anak usaha BUMN akan prospektif untuk diminati pasar. Apalagi, anak usaha BUMN yang dikabarkan bakal IPO memiliki berbagai segmen usaha, seperti energi yang berbasis terbarukan (EBT), konstruksi, properti, hingga manufaktur.

Asalkan, harga yang ditawarkan bisa menarik minat para investor lokal atau tidak terlalu mahal (over value). "Harapan dari para pelaku investor jangan over value, karena ada juga yang membeli saham setelah IPO. Nanti akan naik, tapi emiten harus berkomitmen dalam ekspansi bisnis untuk meningkatkan kinerja fundamentalnya," ungkap Nafan.

Sebagai grup dari perusahaan negara, anak usaha BUMN yang akan IPO juga bisa memiliki nilai lebih dengan tingkat kepercayaan investor. "Yang penting BUMN itu berkomitmen dalam penerapan transparansi dan dalam menjalankan tata kelola bisnis secara good corporate governance," sambung Nafan.

Dihubungi terpisah, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra P. G. Talattov memberikan sejumlah catatan terkait rencana IPO anak usaha BUMN maupun pencarian dana lewat SWF-INA. Secara jangka pendek, pendanaan lewat IPO atau SWF memang akan mendatangkan fresh money untuk operasional atau ekspansi.

Namun, kata Abra, harus dilihat apakah anak usaha BUMN tersebut merupakan sumber pendapatan utama atau revenue stream bagi induk, atau tidak. Secara jangka menengah dan jangka panjang, patut dipertimbangkan dampak dari IPO atau SWF-INA tersebut terhadap keberlanjutan perusahaan, induk usaha (holding) maupun kontribusi dividen terhadap negara yang bisa berkurang.

"Salah satu indikator yang harus dilihat (dari IPO dan SWF) adalah konsekuensi terhadap keberlanjutan usaha secara konsolidasi, serta dividen yang akan disetorkan BUMN kepada negara," sebut Abra kepada Kontan.co.id, Senin (22/3).

Dia juga menilai bahwa rencana IPO atau SWF ini juga harus mempertimbangkan target kontribusi BUMN dari sisi aset dan laba bersih terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Mengenai SWF, Abra menjelaskan bahwa prinsip dasarnya tetap memberikan return yang positif bagi para investor. Artinya, BUMN atau anak usaha yang ada di SWF harus bisa menghasilkan laba. Padahal, ada beberapa kondisi yang bisa mengakibatkan BUMN merugi atau tergerus labanya, misalnya ketika beban yang tinggi saat menjalankan fungsi PSO atau penugasan pemerintah.

"Rekam jejaknya, profitnya tertekan. Kalau BUMN itu hasilnya tidak sesuai dengan target, seperti apa nanti konsekuensinya untuk bisa memberikan return yang baik pada investor di SWF? Kalau nanti rugi, apakah nanti ujung-ujungnya disuntikkan PMN (Penyertaan Modal Negara) lagi?," pungkas Abra.

Selanjutnya: Tertekan tahun lalu, simak proyeksi outlook industri semen tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×