Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil survei yang menyebutkan petahana Joko Widodo (Jokowi) memperoleh elektabilitas 40,30 % dan rivalnya, Prabowo Subianto memperoleh 45,45%, sebagaimana dilansir lembaga survei Rumah Demokrasi, merupakan hasil survei hoaks.
Demikian disampaikan Direktur Indonesia Public Institut Karyono Wibowo ketika diminta pendapatnya terkait dengan hasil survei tersebut.
"Jadi hasil survei itu kategori hoaks, itu bukan hasil survei. Harus dipertanggung jawabkan ini, karena itu tidak masuk akal yang terpublikasi," kata Karyono dalam keterangannya, Selasa (26/3).
Diketahui, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) selaku lembaga riset hanya hadir dalam diskusi itu dan menanggapi hasil survei lembaga Rumah Demokrasi yang dipimpin oleh Ramdansyah, yang diketahui merupakan politikus Partai Idaman.
Menurut Karyono, hasil survei yang dilakukan Ramdansyah itu sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan secara data.
"Itu hasilnya terbalik, bertentangan sekali dengan hasil akademik, makanya saya justru menilai kategori propaganda, kabar bohong, ini," kata dia.
Secara tidak langsung, Karyono menganggap Ramdansyah merusak kredibilitas LIPI, karena menggunakan LIPI untuk melakukan propaganda kabar bohong. Ia menunggangi LIPI untuk kepentingan propaganda.
"Ini mencederai kredibilitas LIPI, membuat lembaga LIPI menjadi jatuh wibawanya," kata Karyono.
Bila Ramdansyah ingin mendukung paslon 02, saran dia, sebaiknya menggunakan cara-cara yang elegan. Misal menggunakan visi-misi capres yang dia dukung.
"Tidak kemudian menggunakan data yang terbalik. Padahal kita ketahui hampir sumua lembaga survei menepatkan Jokowi di atas, selisih 20-15 %," kata dia.
Dia berharap publik tidak percaya dengan hasil survei odong-odong yang dilakukan Rumah Demokrasi di bawah koordinasi Ramdansyah itu. Terlebih, Ramdansyah memiliki latar belakang yang kurang terpuji ketika menjabat sebagai Panwaslu.
"Dari rekam jejak saja kita tahu. Apalagi dia aktif di partai Idaman, saya kira publik jangan percaya oleh Ramdansyah. Ini akan merusak kredibilitas LIPI, dan bantahan LIPI jelas, dan LIPI tidak mengakui hasil survei itu," katanya.
LIPI, saran dia, harus membawa permasalahan ini ke ranah hukum, karena bila tidak LIPI akan dianggap sebagai lembaga yang tidak kredibel lagi. Karena bagaimana pun, ini sudah masuk ke kategori pencemaran nama baik.
"Nama besar LIPI harus dijaga kredibilitasnya. Ini kan jadi tercemar nama baiknya. Kalau mau dukung ya dukung saja, jangan pakai survei abal-abal. Jualan program lebih baik, lebih baik terbuka dari pada memanipulasi data dan itu merusak lembaga riset seperti LIPI, dan nanti lama-lama orang tidak percaya kepada lembaga riset Indonesia," kata dia.
Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Firman Noor, juga membantah keterlibatan peneliti LIPI dalam hasil survei Rumah Demokrasi. Ia mengatakan bahwa lembaganya tidak pernah mengeluarkan hasil survei elektabilitas pasangan calon presiden-wakil presiden 2019.
"LIPI tidak pernah mengeluarkan hasil survei yang menyatakan elektabilitas Jokowi - Maruf 40,30 %, Prabowo - Sandi 45, 45 %, dan tidak tahu/tidak jawab 14,25 %," kata Firman.
Firman mengatakan, saat menjadi pembicara bersama peneliti LIPI, Aisah Putri Budiarti, survei yang menjadi rujukan adalah hasil survei Rumah Demokrasi yang disampaikan Ramdansyah, dalam acara diskusi bertajuk Migrasi Suara Pilpres 2019: Hasil Survei versus Realitas.
"LIPI tidak terlibat sama sekali di dalam proses dan penyampaian hasil survei tersebut," ujarnya.
Menurut Firman, ia dan Aisah hadir sebagai pembicara untuk mencermati secara umum peluang migrasi suara dalam Pemilu 2019, dengan melihat peluang migrasi dapat terjadi melalui perpindahan dari satu pasangan calon ke pasangan calon lain, atau dari swing voter ke salah satu pasangan calon.
Sementara, Syamsuddin Haris selaku analis politik LIPI, juga memastikan bahwa LIPI tidak melakukan survey elektabilitas capres. "Tidak ada survei LIPI terkini tentang elektabilitas capres," kata Samsyuddin Haris, ketika dikonfirmasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News