kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Investasi Manufaktur Hanya Menyumbang 20% dari Total PMDN, Ini Kata BKPM


Minggu, 30 Januari 2022 / 16:19 WIB
Investasi Manufaktur Hanya Menyumbang 20% dari Total PMDN, Ini Kata BKPM
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan mesin yang digunakan untuk produksi tisu basah. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) melaporkan, sektor manufaktur hanya menyumbang 20% dari total Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di 2021. Angka ini jauh lebih rendah dibanding sektor jasa yang menyumbang 60% dari total PMDN.

Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Imam Suyudi mengatakan, investasi di sektor manufaktur lebih rendah dari sektor jasa bukan suatu hal yang buruk.

“Justru manufakturnya lebih rendah dari sektor jasa ini bagus bagi negara berkembang yang akan menjadi negara maju. Karena sektor primernya harus lebih maju dari sektor sekunder, dan di negara maju manapun sektor jasanya jauh lebih besar dari sektor sekunder,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (30/1).

Adapun Imam menyebut, realisasi investasi terbagi menjadi tiga, yakni sektor primer, sekunder, dan tersier. Ia mencatat, sampai 2021 realisasi investasi dari sektor primer sebesar Rp 133,2 triliun, dari sektor sekunder Rp 325,4 triliun, dan sektor tersier sebesar Rp 442,4 triliun. Dari data tersebut, realisasi investasi dari sektor sekunder dan tersier jauh lebih besar. Artinya, Indonesia telah mengikuti jejak dari negara-negara maju.

Baca Juga: Menteri Investasi Siapkan Strategi Agar Target Investasi Tahun 2022 Tercapai

Imam mencontohkan, negara-negara maju seperti Jepang, Korea, dan negara-negara maju di Eropa, sektor manufakturnya tidak terlalu besar. Justru yang lebih besar adalah sektor tersier dan Sektor jasa. “Karena dari sektor jasa akan banyak sekali supply change alias rantai pasokan, maupun jenis usaha yang terlibat,” jelas Imam.

Meski begitu, di 2022 ini, pemerintah akan terus mengembangkan sektor manufaktur. Hal ini karena, tidak bisa dipungkiri sektor manufaktur karena dianggap bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, dan juga hirilisasi.

Imam juga memperkirakan, sektor manufaktur ke depannya akan terus berkembang, terutama dirorong adanya hirilisasi dari sebelumnya Nikel, dan saat ini akan mendorong lagi hirilisasi untuk batubara, selanjutnya bauksit dan timah. “Ke depan kita tidak bisa menjual tanah dan air,kita juga ingin menjadi negara yang mandiri terutama secara industri dan energi,” ucapnya.

Selain itu, Imam memperkirakan, adanya investasi terkait ekosistem mobil listrik juga mampu mendorong investasi manufaktur. Bahkan dengan komponen baterai yang ada di dalamnya juga mampu mendorong di sektor industri turunannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×