Reporter: Indra Khairuman | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Upaya Indonesia dalam menarik investasi asing masih menghadapi tantangan berat. Apalagi, ekonomi domestik tengah melemah.
Walau pemerintah terus berupaya memberi karpet merah investasi dengan sejumlah kebijakan, faktor-faktor seperti biaya logistik, korupsi, dan kebijakan yang tidak konsisten jadi hambatan utama bagi para investor.
Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic dan Law Studies (Celio) mengatakan, kesulitan dalam menarik investasi asing semakin menjadi masalah. Ia menyebut, banyak negara asal investasi, terutama China, mengalami tekanan ekonomi yang membuat mereka lebih berhati-hati dalam memilih proyek investasi.
“Singapura ini kan juga mendapatkan banyak dana kan dari China ya sebagai hub. Artinya China sendiri kan mengalami tekanan ekonomi dalam negerinya sehingga mereka lebih selektif memilih investasi," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Senin (21/7).
Sektor hilirisasi mineral seperti nikel yang diharapkan bisa menarik investor, kata Bhima, juga mengalami kendala. Ketersediaan nikel dan penurunan pasar ekspor menjadi faktor yang menghambat.
“Investasi di sektor hilirisasi mineral ini juga terkendala ketersediaan bijih nikel misalnya, kemudian juga adanya pasar ekspor yang menurun,” kata Bhima.
Baca Juga: Minat Investasi Asing di Indonesia Dinilai Terhalang Birokrasi dan Infrastruktur
Bhima menyebut, korupsi dan pungutan liar masih menjadi masalah serius yang perlu diselesaikan. Hal ini membuat investor berpikir dua kali sebelum berinvestasi di Indonesia.
“Korupsi, pungli, Indonesia ini masih jadi hambatan utama," jelas Bhima.
Bhima mengingatkan, untuk menarik perhatian investor, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan perbedaan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah.
“Jadi kalau mau menarik investasi tidak bisa hanya mengejar dari selisih tarif resiprokal yang lebih rendah,” kata Bhima.
Ia menegaskan pentingnya kebijakan yang stabil dan kejelasan dalam perjanjian investasi. Ketidakpastian kebijakan tersebut bisa membuat investor ragu untuk berinvestasi.
“Banyak banget kebijakan-kebijakan yang umurnya pendek berganti-ganti," ucap Bhima.
Bhima mengingatkan bahwa kecenderungan militeristik dalam kebijakan ekonomi bisa memberikan dampak negatif bagi iklim investasi.
“Investor melihat bahwa Indonesia kecendungannya militeristik sekarang ini di berbagai bidang ekonomi," tambah Bhima.
Baca Juga: Soal Investasi Temasek, Indef Ingatkan Pentingnya Kepastian Regulasi oleh Pemerintah
Selanjutnya: Bisnis Fintech Lending Melambat Usai Pinjaman Diperketat
Menarik Dibaca: Daftar Update Gift Code Ojol The Game 22 Juli 2025 dari Codexplore
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News