kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ekonom: Rupiah di 2014 akan di atas 10.000


Kamis, 22 Agustus 2013 / 19:49 WIB
Ekonom: Rupiah di 2014 akan di atas 10.000
ILUSTRASI. Yoga Mat atau matras Yoga merupakan salah satu peralatan workout multi fungsi yang bisa digunakan untuk melakukan banyak gerakan olahraga.


Reporter: Marti Riani Maghfiroh | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Mata uang Garuda masih belum mampu bangkit hingga tahun depan. Setidaknya, inilah prediksi mengenai rupiah versi Tony Prasetiantono, Kepala Pusat Ekonom Universitas Gadjah Mada. 

Dia meramal, hingga tahun depan, nilai tukar rupiah akan berada di atas Rp 10.000 per dollar Amerika. Hal ini bahkan akan menjadi titik keseimbangan baru rupiah.

Ketika ditemui dalam Seminar Investment Prospect into 2014 di Jakarta hari ini (22/8), Tony memprediksi, rupiah akan stabil di level Rp 10.000-10.200 per dollar AS pada tahun depan. Prediksinya itu cukup jauh dari proyeksi pemerintah dalam RAPBN 2014 yang masih optimistis rupiah bisa bertahan di level Rp 9.750 pada 2014.

“Yang saya tidak mengerti, kurs rupiah yang asumsinya ditetapkan pemerintah 9.750. Itu bagus, tapi tidak realistis. Sangat tidak realistis ketika neraca perdagangan sedang defisit. Defisit perdagangan harus ditolong dengan nilai tukar rupiah yang melemah. Itu baru realistis," tutur Tony

Selain itu, dalam hal tingkat inflasi, dirinya meramal tingkat inflasi Indonesia di 2014 secara year on year (yoy) bisa mencapai 5,5%-6,5%. Sedangkan di RAPBN 2014. inflasi diprediksi hanya 4,5 (yoy). Sementara, pertumbuhan ekonomi yang diinginkan pemerintah tahun depan adalah 6,4%. Angka tersebut lebih tinggi dari prediksi Tony yang mematok pertumbuhan di level 6,0%-6,2%.

Perlu diketahui bahwa pada semester I 2013, defisit transaksi berjalan atau current deficit Indonesia mencapai 4,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Tony, normalnya bagi Indonesia defisit transaksi berjalan adalah 2,5% dari PDB. Selain itu dirinya juga bilang bahwa defisit neraca perdagangan Indonesia di semester I yang mencapai U$ 3,3 miliar adalah sejarah defisit tertinggi sejak 1961.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×