kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Ini amunisi BI hadapi kebijakan Federal Reserve


Selasa, 17 Desember 2013 / 19:05 WIB
Ini amunisi BI hadapi kebijakan Federal Reserve


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Tahun depan masih penuh dengan ketidakpastian. Untuk menghadapi hal itu, Bank Indonesia (BI) mengklaim telah menyiapkan amunisi untuk menghadapi kondisi.

Salah satu ketidakpastian kondisi pasar 2014 datang dari sikap Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (Fed) terkait dengan kebijakan stimulus moneter.

Hari ini (17/12) dan esok hari Bank sentral Paman Sam itu akan menentukan nasib program stimulus moneter AS (tapering off) yang dikucurkan US$ 85 miliar per bulannya.

Hasil dari pertemuan itu sangat ditunggu-tunggu semua negara, tak terkecualiĀ  Indonesia. BI mengklaim sudah menyiapkan bantalan atas tapering off yang cepat atau lambat akan dilakukan The Fed.

Gubernur BI Agus Martowardojo bilang, pengurangan stimulus oleh The Fed itu belum pasti dilakukan di akhir 2013. "Masih banyak pandangan yang memperkirakan itu akan dilaksanakan di kuartal I tahun 2014," ujar Agus, Selasa (17/12).

Namun begitu, Agus mengakui, dampak tapering yang dilakukan The Fed bisa terukur. Pihaknya dan pemerintah telah menyiapkan amunisi pertahanan apabila tapering off benar-benar terjadi dalam waktu dekat.

Kemarin, BI memperbesar nilai Bilateral Swap Arrangement (BSA) dengan Bank of Japan (BoJ) menjadi US$ 22,78 miliar dari sebelumnya hanya US$ 12 miliar.

BI juga telah menandatangani perjanjian ASEAN Swap Arrangement senilai US$ 2 miliar, BSA dengan China senilai US$ 15 miliar, dan Korea Selatan senilai US$ 10 miliar.

Di samping itu, pemerintah pun sudah memiliki fasilitas dana siaga dalam bentuk deferred drawdown option (DDO) senilai US$ 5,5 miliar. "Ini adalah bentuk kesiapan kita. Kita tidak perlu berharap untuk menggunakan itu. Itu sifatnya hanya berjaga-jaga," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×