kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan mengapa capaian project financing sukuk di semester I mengalami penurunan


Rabu, 08 Juli 2020 / 17:05 WIB
Ini alasan mengapa capaian project financing sukuk di semester I mengalami penurunan
ILUSTRASI. Ilustrasi Syariah. KONTAN/Muradi/2018/06/05


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, pada tahun ini realisasi pembiayaan proyek infrastruktur melalui penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau project financing sukuk (PFS) sepanjang semester I-2020 mencapai Rp 5,27 triliun, atau sekitar 22,66% dari total alokasi Rp 23,29 triliun.

Pengamat Ekonomi Syariah dari Universitas Indonesia (UI) Yusuf Wibisono mengatakan, alokasi project financing sukuk yang sebesar Rp 23,29 triliun ini sebenarnya sudah turun dari alokasi tahun lalu yang berada di kisaran Rp 28 triliun.

Baca Juga: Ini rincian 726 proyek yang dibiayai dari sukuk di tahun 2020

"Jadi dengan capaian semester I yang baru 22% menurut saya memang ada penurunan ya. Imbal hasil SBSN secara umum menurut saya sudah cukup kompetitif, baik terhadap SBN konvensional maupun deposito perbankan," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Rabu (8/7).

Menurut Yusuf, apabila capaian semester I baru mencapai 22,66% artinya terdapat dua kemungkinan. Pertama, investor meminta imbal hasil yang terlalu tinggi. Apalagi di tengah kondisi krisis seperti saat ini, membuat investor cenderung meminta imbal hasil lebih tinggi dan menempatkan dana di instrumen jangka pendek.

Kedua, investor memang tidak mau menempatkan dana di instrumen jangka menengah - panjang seperti SBSN seri PFS ini.

Meski demikian, Yusuf menilai PFS merupakan instrumen pembiayaan anggaran yang terbaik. Pasalnya, penerbitan SBSN ini memastikan bahwa utang pemerintah digunakan secara produktif, terutama untuk percepatan pembangunan infrastruktur yang manfaatnya dapat langsung dirasakan masyarakat.

Baca Juga: Kemenkeu siapkan dua opsi pengerjaan proyek pembiayaan sukuk di tengah pandemi

"Proyek-proyek yang dibiayai SBSN seri PBS ini menurut saya memiliki dampak ekonomi yang besar dan secara jelas merupakan bentuk utang yang produktif," paparnya.

Adapun berbagai proyek yang dibiayai SBSN ini, umumnya adalah proyek infrastruktur transportasi di Kementerian Perhubungan, infrastruktur jalan dan jembatan di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan infrastruktur keagamaan dan pendidikan di Kementerian Agama.

Berbagai proyek infrastruktur tersebut dirasa memiliki dampak ekonomi yang signifikan bagi perekonomian. Baik di masa pembangunan maupun setelah operasionalnya.

Yusuf yang juga menjabat sebagai Direktur Institute For Demographic and Poverty Studies (IDEAS) menilai, di dalam kondisi normal prospek pembiayaan melalui SBSN ini masih cukup baik.

Baca Juga: Serapan anggaran project financing sukuk di semester I capai Rp 5,27 triliun

Sebelumnya, pembiayaan melalui SBSN ini diperkenalkan pada tahun 2013 dengan alokasi tidak sampai Rp 1 triliun. Lambat laun, alokasinya meningkat sampai dengan kisaran Rp 28 triliun di tahun lalu, bahkan sudah membiayai ratusan proyek di banyak Kementerian/Lembaga (K/L).

Namun sayangnya, Yusuf merasa kondisi ekonomi di tengah pandemi ini masih sangat tidak menentu, sampai vaksin ditemukan dan diproduksi secara massal.

"Jadi, prospek SBSN akan kembali cerah apabila semakin cepat krisis ini berlalu dan perilaku investor kembali normal. Di mana, imbal hasil yang diminta di kisaran wajar dan tenor yang diinginkan investor lebih jangka panjang," kata Yusuf.

Baca Juga: Ekonom IKS proyeksikan cadev pada Juli 2020 di kisaran US$ 132 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×