kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini alasan Indonesia terjebak dalam middle income trap


Selasa, 18 Agustus 2020 / 13:43 WIB
Ini alasan Indonesia terjebak dalam middle income trap
ILUSTRASI. Indonesia masih masuk dalam negara middle income trap


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Anna Suci Perwitasari

Kata Amir, TFP bisa ditingkatkan dengan perbaikan kualitas institusi agar lebih efisien melalui perizinan, penyederhanaan, dan lain-lain. Juga dengan adopsi teknologi, dengan pelatihan vokasi sehingga link-and-match dunia pendidikan dan dunia kerja yang baik. 

Makanya, untuk meningkatkan TFP, tahun ini pemerintah mengeluarkan program kartu pra-kerja. Selain itu, pembangunan infrastruktur konektivitas juga berkontribusi untuk menurunkan biaya logistik.  Pembangunan infrastruktur yang suportif bagi inovasi dan adopsi teknologi termasuk infrastruktur digital juga penting agar penggunaan teknologi yang dapat memacu produktivitas dapat terjadi di perekonomian Indonesia. 

“Jadi reformasi struktural yang sedang dilakukan oleh pemerintah adalah tujuannya untuk menarik investasi yang berguna bagi peningkatan stok kapital dan memperbaiki cara kerja sehingga produktivitas meningkat,” kata Amir kepada Kontan.co.id, Senin (17/8).

Baca Juga: Menyempit, defisit transaksi berjalan di kuartal II-2020 capai US$ 2,9 miliar

Secara angka, TFP Indonesia 2018 hasil estimasi di BKF hanya sebesar 0,8%. Jika angka ini mampu didorong menjadi 2%, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat dari zona sekitar 5% menjadi zona di atas 6%. 

“Dan ini sangat mungkin, secara historis juga pernah beberapa kali diraih. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi maka Indonesia akan dapat lulus menjadi negara maju dengan lebih cepat dan terhindar dari middle income trap,” ujar Amir.

Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Kebijkan Fiskal dan Makro Ekonomi Masyita Crystallin menambahkan, pemerintah memiliki visi untuk menjadi Indonesia menjadi negara maju di tahun 2045. Untuk mencapai cita- cita besar tersebut, pertumbuhan ekonomi perlu ditingkatkan di atas potensial. 

“Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di atas potensial dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas dan daya saing perekonomian, sehingga dengan jumlah tenaga kerja yang sama, kita dapat menghasilkan lebih,” kata Masyita kepada Kontan.co.id, Senin (17/8).

Baca Juga: Neraca pembayaran Indonesia kuartal II 2020 surplus US$ 9,2 miliar

Masyita melanjutkan, peningkatan daya saing dapat ditempuh melalui beberapa perbaikan struktural, salah satunya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. 

“Pengeluaran di bidang pendidikan sebetulnya cukup memadai, yaitu 20% dari PDB. Dengan penyerapan yang optimal, kebijakan ini dapat meningkatkan sumber daya manusia sehingga produktivitas tenaga kerja Indonesia dapat bersaing dibandingkan dengan negara peers,” pungkas Masyita.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×