kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini dua skenario IMF terkait pemulihan ekonomi global dari pandemi Covid-19


Jumat, 26 Juni 2020 / 13:27 WIB
Ini dua skenario IMF terkait pemulihan ekonomi global dari pandemi Covid-19


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. International Monetary Fund (IMF) mengasumsikan adanya wabah global besar kedua pada awal 2021. IMF juga memproyeksikan resesi yang lebih dalam pada tahun 2020 dan pemulihan yang lebih lambat pada tahun 2021.

Adapun IMF melihat ada dua skenario yang didasarkan pada ada atau tidaknya gelombang kedua pandemi Covid-19 dan kecepatan respons pemerintah secara global untuk pemulihan ekonomi.

Dalam laporan Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) Juni 2020, IMF mengatakan, adanya skenario wabah global yang akan muncul pada 2021, tentunya juga akan memberikan dampak terhadap kegiatan ekonomi domestik di setiap negara.

Baca Juga: Dunia dilanda ketidakpastian, IMF minta uji coba vaksin corona dipercepat

Pada 2021, gangguan terhadap aktivitas ekonomi domestik pada masing-masing negara diasumsikan dapat mencapai setengah dari ukuran yang sudah ada dalam baseline prediksi 2020.

Dalam skenario pertama, IMF memperkirakan adanya gelombang kedua pandemi Covid-19 pada awal tahun 2021 di beberapa negara. Dampak ekonomi di tahun 2021 tentu harus memperhatikan langkah-langkah yang diambil untuk menekan wabah kedua ini.

Adapun gelombang kedua ini diproyeksikan hanya setengah kali lebih berat dari yang terjadi saat ini. Hal ini mencerminkan bahwa tindakan pengendalian tidak terlalu mengganggu perusahaan dan rumah tangga.

IMF juga mengasumsikan perlu adanya pengetatan yang lebih kuat pada kondisi keuangan pada tahun 2021. Pengetatan yang dimaksud adalah bagaimana mengasumsikan kebijakan moneter konvensional bereaksi secara endogen di negara-negara dimana masih ada ruang untuk pengurangan lebih lanjut dalam tingkat kebijakan, terutama di pasar negara berkembang (emerging markets).

Baca Juga: Pakar: Corona telah menginfeksi 10 kali lebih banyak warga AS dari yang dilaporkan

Mengenai tanggapan kebijakan fiskal, diasumsikan bahwa pemerintah perlu menerapkan langkah-langkah kebijaksanaan tambahan di atas dan di luar penstabil otomatis. Sehingga, respons belanja keseluruhan terhadap penurunan output akan dua kali lebih kuat daripada respons di bawah fluktuasi siklus bisnis.

Terlepas dari respons kebijakan fiskal dan moneter, wabah kedua ini diasumsikan menyebabkan kerusakan ekonomi yang lebih lama pada sisi penawaran ekonomi di tahun 2022, karena menurut IMF disebabkan oleh peningkatan kebangkrutan perusahaan menyebabkan kehancuran pada modal, perlambatan sementara dalam pertumbuhan produktivitas, dan peningkatan  tren pengangguran. 

IMF juga proyeksikan, pada Skenario pertama ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021 juga terkontraksi sekitar 4,9%.

Kemudian skenario kedua adalah IMF mengasumsikan adanya perkiraan gelombang kedua di tahun 2021 mendatang, IMF melihat bahwa pemulihan akan lebih cepat dari yang diharapkan karena adanya kepercayaan masyarakat yang meningkat dari adanya kebijakan seperti physicall dan social distancing serta lockdown di berbagai negara yang efektif.

Baca Juga: Proyeksi IMF: Indonesia masuk 10 besar negara yang cepat pulih dari krisis

Pemulihan ekonomi yang diperkirakan lebih cepat itu, membuat kondisi keuangan setiap negara menjadi lebih akomodatif. Adapun tekanan kondisi keuangan juga di perkirakan akan melonggar  pada tahun 2021.

Dalam skenario kedua ini, IMF perkirakan perekonomian global akan rebound sekitar 0,5% pada tahun 2020. Pemulihan juga diperkirakan akan terus meningkat di tahun 2021, dengan pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan tumbuh 3% yang didorong oleh melonggarnya kondisi keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×