Reporter: Agus Triyono, Anna Suci Perwitasari, Asep Munazat Zatnika | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, laju inflasi bulan November 2015 sebesar 0,21%.
Walaupun tak lagi mengalami deflasi, angka inflasi kali ini menjadi yang terendah selama lima tahun. Bahkan kini, laju inflasi tahunan berada di angka 4,89%.
Tak ayal, hal ini membuat pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berharap Bank Indonesia (BI) segera menurunkan suku bunga acuan (BI Rate).
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga bilang, tingkat suku bunga di Indonesia terlalu tinggi dan kalah dengan negara lain.
"Mudah-mudahan bunga bank bisa segera 5%," kata Jusuf Kalla, Selasa (1/12).
Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani mengatakan, BI sebenarnya memiliki banyak momentum untuk menurunkan BI rate, sayang tak dilakukan.
"Makanya kami minta, kalau The Fed tidak jadi naikan suku bunga, BI harus ambil momentum turunkan BI rate," ujar Kalla.
Penurunan suku bunga acuan memang banyak dinantikan.
Agar daya beli masyarakat yang kini tengah lesu dapat kembali bergeliat. Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat melesat.
Ekonom Bank Central Asia David Sumual menyebutkan, rendahnya laju inflasi membuat BI memiliki ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga.
Namun, David menilai saat ini BI lebih baik menahan diri terlebih dahulu.
Enggan turun
Gubernur BI Agus Martowardojo bergeming alias tak mengamini permintaan banyak pihak. Kata Agus, tak mudah bagi BI menurunkan suku bunga acuan.
Paling tidak, ada tiga hal yang jadi pertimbangan lembaga moneter tersebut.
Pertama, kondisi perekonomian China yang tengah melambat.
Kedua, pelemahan harga komoditas yang diperkirakan bakal berlanjut di tahun depan.
Terakhir, normalisasi kebijakan moneter Amerika.
"Mungkin akhir tahun ini AS pertama kali menaikkan tingkat bunga secara gradual, tadinya naik 0,25% menjadi 1,125%, dan dalam dua tahun akan menjadi 3,625%. Jadi kami musti hati- hati, dan tidak boleh mengorbankan ekonomi," jelas Agus.
Ekonom Universitas Indonesia Lana Soelistyowati pun sepakat dengan BI. Menurutnya, saat ini kondisi nilai tukar rupiah belum stabil sehingga bila BI menurunkan BI rate, rupiah bisa kian melemah.
"Stabilisasi nilai tukar rupiah juga penting bagi pengusaha karena bisa menghitung biaya produksi," tegasnya.
Lagi pula belum ada jaminan jika BI rate turun, daya beli masyarakat terdongkrak. Jika ingin dalam waktu singkat daya beli naik, pemerintah bisa melakukannya, yakni dengan mengeluarkan kebijakan baru.
Kabarnya dalam paket kebijakan VII, pemerintah bakal menaikan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) bagi golongan tertentu.
BI yakin laju inflasi hingga akhir tahun ini 3%. "Kalau asumsinya, bulan Desember inflasi 0,6%-0,7%, berarti target inflasi 3% bisa tercapai," kata Solikin M. Juhro, Direktur Kebijakan Moneter BI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News