Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Mesti Sinaga
JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan laju kenaikan harga atau inflasi pada November sebesar 0,21%. Dengan kondisi itu, maka sepanjang tahun 2015 dari Januari-November atau year to date tercatat inflasi sebesar 2,37%.
Realiasasi inflasi ini jauh lebih rendah dibandingkan target laju inflasi 2015 yang sebesar 4%. Apalagi, mengingat waktu yang tersisa tinggal satu bulan hingga tahun ini berakhir. (Selengkapnya baca "November inflasi 0,
Bank Indonesia (BI) yakin, laju inflasi hingga akhir tahun ini paling tidak akan menyentuh level 3%. "Kalau asumsinya bulan Desember 0,6%-0,7%, berarti 3% bisa tercapai," kata Solikin M. Juhro, Direktur Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Selasa (1/12) di Jakarta.
Menurut Solikin, tren inflasi tersebut menunjukkan kondisi fundamental Indonesia memang baik. Apalagi, perbaikan bukan hanya terjadi pada sisi inflasi, tapi juga pada sisi defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit yang sudah di bawah 2%.
Jika melihat faktor-faktor itu saja, maka bisa dibilang Bank Indonesia memiliki ruang untuk mengeluarkan kebijakan moneter yang lebih longgar, yakni menurunkan suku bunga acuan, BI rate.
Namun, Solikin mengatakan BI tidak hanya melihat kedua hal tadi saja. Ada faktor lain yang menjadi perhatian bank sentral dalam mengeluarkan kebijakan moneternya.
Di antaranya adalah isu kenaikan suku bunga The Fed, serta pelambatan ekonomi di China. BI melihat kebijakan moneter global saat ini sedang tidak searah. Antara Amerika Serikat, China, Jepang dan Uni Eropa masing-masing memiliki kebijakan moneter yang harus diwaspadai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News