kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inflasi sepanjang 2019 terendah sejak 2012, sinyal pelemahan ekonomi?


Kamis, 02 Januari 2020 / 18:09 WIB
Inflasi sepanjang 2019 terendah sejak 2012, sinyal pelemahan ekonomi?
ILUSTRASI. Pedagang daging sapi melayani konsumennya di pasar Senen, Jakarta, Senin (13/5).


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi inflasi sepanjang tahun 2019 sebesar 2,72% yoy. Inflasi tersebut lebih rendah dari inflasi sepanjang tahun 2018 yang sebesar 3,13%.

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, rendahnya sepanjang tahun 2019 ini patut menjadi refleksi pemerintah, terutama bila dihubungkan dengan perekonomian dan daya beli masyarakat.

Baca Juga: Kenaikan sejumlah tarif bakal menekan daya beli masyarakat tahun ini

"Anjloknya inflasi ini apakah karena perekonomian yang lemah, daya beli sebagian masyarakat yang melemah atau karena lain? Jangan sampai munculnya persepsi rendahnya inflasi karena melemahnya perekonomian," kata Ryan kepada Kontan.co.id, Kamis (2/1).

Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyoroti bahwa turunnya inflasi ini salah satunya disebabkan turunnya harga barang yang diatur oleh pemerintah (administered price), yaitu turun hingga 0,51% sementara pada 2018 mencapai 3,36%.

Baca Juga: BPS catat inflasi pada Desember 2019 sebesar 0,34%

Turunnya inflasi administered price ini disebabkan oleh tendensi pemerintah untuk melakukan stabilisasi harga di masyarakat, terutama setelah Pemilu. Hal ini juga terlihat dari tidak adanya kebijakan yang secara signifikan yang menyebabkan lonjakan harga di tahun 2019.

Selain itu, Josua juga memandang bahwa ini disebabkan turunnya harga minyak dunia sepanjang tahun 2019. Sehingga ini pun menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk mempertahankan administered price.

Untuk selanjutnya, Ryan memandang bahwa pemerintah perlu memperhatikan kebijakan yang dibuat, terutama dari sisi fiskal.

Baca Juga: Begini upaya OJK tingkatkan peran pasar modal bagi pembangunan

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) juga diharapkan bisa membuat kebijakan moneter yang lebih pro pertumbuhan lagi dengan melihat kondisi ini.

"Identifikasi dengan berkaca pada kondisi inflasi sepanjang tahun 2019 ini sangat penting, oleh karena itu sebaiknya ada kebijakan moneter dan fiskal pada tahun 2020 yang bisa meningkatkan inflasi sehingga nantinya bisa pro pertumbuhan, diiringi dengan fully realxations," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×