kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inflasi rendah tak selamanya menguntungkan


Senin, 31 Juli 2017 / 05:17 WIB
Inflasi rendah tak selamanya menguntungkan


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan rendahnya inflasi belum sepenuhnya menguntungkan di tengah kondisi ekonomi saat ini. Inflasi yang rendah tak menguntungkan bagi industri yang berujung pada daya beli.

Lana mengatakan rendahnya inflasi merupakan disinsentif bagi produsen dalam memproduksi. Apalagi biaya yang produsen keluarkan saat ini masih tinggi.

"Biaya produksi tetap naik karena efek pungli dan kemacetan. Tetapi dia tidak bisa menaikkan harga jual sesuai dengan beban biaya produksinya," kata Lana kepada KONTAN, Minggu (30/7).

Akibatnya, mereka mengurangi pegawai dan para pekerja beralih ke pekerjaan yang pendapatannya kurang terjamin. Hal ini akan berdampak pada daya beli masyarakat.

Ia juga melihat, inflasi rendah saat ini belum stabil. Sebab, rendahnya inflasi masih sama seperti tahun 2015 dan 2016 tertolong harga minyak dan komoditas yang menurun. Selain itu, rendahnya inflasi juga tertolong tingginya intervensi pemerintah.

"Suplai masih di tangan kelompok tertentu, di kartel komoditas dan itu bukan di pemerintah. Pemerintah kalau punya kekuatan yang bisa menghadang si kartel baru bisa stabil. Khawatirnya, inflasi rendah masih semu bukan karena betul-betul efek fundamentalnya," tambah dia.

Lana juga mengatakan, diperlukan waktu dua hingga tahun lagi untuk melihat pergerakan inflasi. Ia bilang, pemerintah juga bisa melonggarkan intervensi. Jika hasil pelonggaran intervensi tersebut menghasilkan kenaikan inflasi hingga 4%-5%, maka inflasi tersebut masih wajar.

"Ada untung buat produksen, ada intensif untuk produksi," kata dia. Sambil mengurangi intervensi tersebut, pembangunan infrastruktur diharapkan rampung sehingga biaya produksi bisa tertekan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×