kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.260.000   -26.000   -1,14%
  • USD/IDR 16.735   13,00   0,08%
  • IDX 8.319   76,61   0,93%
  • KOMPAS100 1.160   10,25   0,89%
  • LQ45 847   5,05   0,60%
  • ISSI 287   1,55   0,54%
  • IDX30 445   4,14   0,94%
  • IDXHIDIV20 511   0,49   0,10%
  • IDX80 130   1,17   0,90%
  • IDXV30 136   0,08   0,06%
  • IDXQ30 142   0,93   0,66%

Inflasi Pangan Mulai Meningkat, Masyarakat Disarankan Cari Investasi yang Aman


Rabu, 05 November 2025 / 16:50 WIB
Diperbarui Rabu, 05 November 2025 / 17:13 WIB
Inflasi Pangan Mulai Meningkat, Masyarakat Disarankan Cari Investasi yang Aman
ILUSTRASI. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan year on year (YoY) sebesar 2,65% pada September 2025, naik dari 2,31% di bulan sebelumnya.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan year on year (YoY) sebesar 2,65% pada September 2025, naik dari 2,31% di bulan sebelumnya.

Sektor makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar dengan inflasi mencapai 5,01% YoY, didorong oleh kenaikan harga cabai merah, bawang merah, dan daging ayam ras.

Financial Analyst Finex, Brahmantya Himawan melihat, berdasarkan data tersebut, memasuki kuartal akhir tahun, Indonesia menghadapi dinamika harga pangan yang menuntut kewaspadaan.

“Inflasi pangan adalah sinyal langsung yang dirasakan masyarakat. Ketika harga bahan pokok naik, bukan hanya dapur yang terpengaruh tetapi juga kestabilan ekonomi rumah tangga,” tutur Brahmantya dalam keterangannya, Rabu (5/11/2025).

Baca Juga: Pemerintah Pusat dan BI Bersinergi dengan Pemda Kendalikan Inflasi Pangan

Ia mengungkapkan, inflasi bukan sekadar kenaikan harga, melainkan perubahan daya beli uang. Dalam situasi ketika bunga tabungan tidak mampu mengimbangi laju inflasi, masyarakat perlu mengenal berbagai instrumen investasi yang dapat berfungsi sebagai inflation hedge alias strategi investasi atau aset yang tujuannya adalah untuk melindungi nilai dari penurunan daya beli akibat inflasi.

Misalnya saja investasi di emas, reksadana, dan khususnya trading forex yang menawarkan fleksibilitas tinggi dalam merespons perubahan nilai tukar global.

Menurutnya, kenaikan harga pangan mendorong pelemahan daya beli, tetapi bagi trader yang memahami pergerakan nilai mata uang, volatilitas justru dapat menjadi peluang.

“Misalnya, ketika inflasi meningkat dan rupiah melemah terhadap dolar AS, peluang trading terbuka untuk melindungi nilai kekayaan,” ungkapnya.

Baca Juga: Arah Pertumbuhan Ekonomi Tak Solid, Indonesia Perlu Dorong Investasi

Adapun ia membeberkan, terdapat tiga langkah yang bisa dilakukan masyarakat menghadapi inflasi. Diantaranya, mengubah pola konsumsi tanpa menurunkan kualitas hidup, dengan memanfaatkan produk lokal dan musiman, menyiapkan diversifikasi pendapatan dan bangun dana proteksi, agar tidak bergantung pada satu sumber penghasilan, serta gunakan peluang di pasar keuangan global, dengan analisis dan manajemen risiko yang baik.

Selanjutnya: Profil Zohran Mamdani, Wali Kota Muslim Keturunan India Pertama di New York City

Menarik Dibaca: Skin Rash Cream GENTLY Baby Terbukti Efektif Lindungi Si Kecil dari Ruam Popok

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×