kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Inflasi inti lebih rendah, konsumsi masih lesu


Selasa, 02 Januari 2018 / 20:00 WIB
Inflasi inti lebih rendah, konsumsi masih lesu


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski inflasi umum sepanjang 2017 lebih tinggi dibanding 2016, inflasi inti tahun lalu justru sebaliknya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi inti 2017 sebesar 2,95%, lebih rendah dibanding tahun 2016 yang sebesar 3,07%.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat, lebih rendahnya inflasi inti tahun lalu lebih disebabkan oleh permintaan masyarakat yang belum terlalu kuat. Josua bilang, salah satu pendorong inflasi inti, yaitu harga perhiasan juga cenderung stabil.

"Aktivitas ekonomi dari sisi permintaan belum terlalu kuat," kata Josua kepada KONTAN, Selasa (2/1).

Oleh karena itu, konsumsi rumah tangga yang baru mencapai 4,94% year on year (YoY) sejak awal tahun hingga akhir kuartal ketiga 2017, diperkirakan sulit menembus angka 5% hingga akhir tahun meski ada kenaikan permintaan saat Natal dan tahun baru.

"Masih sejalan dengan inflasi intinya," tambahnya.

Josua melihat permintaan masyarakat tahun ini berpotensi membaik sejalan dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi 2018. Dengan demikian, inflasi inti 2018 diharapkan meningkat. Josua memperkirakan, pertumbuhan ekonomi tahun ini sendiri di kisaran 5,2%-5,3%.

Meski begitu, ia menilai ada dua hal yang menjadi risiko yang dapat menekan inflasi tahun ini. Pertama, risiko dari curah hujan yang cukup tinggi yang bisa mengganggu panen daya dan mempengaruhi harga bahan pangan.

Kedua, risiko dari harga minyak mentah yang semakin tinggi. Hal tersebut membuat harga keekonomian bahan bakar minyak (BBM) kian meningkat, meski pemerintah memutuskan untuk tidak mengubah harga BBM bersubsidi hingga akhir Maret 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×