Reporter: Asep Munazat Zatnika, Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Tekanan inflasi tinggi diperkirakan masih akan terjadi di bulan Februari 2014 ini. Anomali cuaca di sejumlah daerah di Indonesia membuat distribusi dan panen terhambat sehingga harga-harga bergerak naik.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo bilang, inflasi tinggi diperlihatkan dari masih adanya tekanan harga di berbagai bahan komoditi khususnya pangan. Hasil panen melorot, serta distribusi pangan terhambat karena faktor anomali cuaca.
Oleh karena itu, otoritas moneter ini berharap ada upaya lebih nyata di sektor riil untuk mengendalikan inflasi. "Harus ada koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan BI untuk mengendalikan inflasi," ujar Agus, akhir pekan lalu.
Walau ekspektasi inflasi triwulan I dan II 2014 masih tinggi, BI tetap yakin target inflasi sampai akhir tahun ini akan di kisaran 4,5% plus minus satu. Sebab, ekspektasi inflasi akan mulai turun setelah masuk triwulan III-2014.
Sementara itu Menteri Keuangan Chatib Basri, mengaku belum bisa memperkirakan bagaimana inflasi Februari ini akan terjadi. "Saya belum bisa melihat apakah akan turun atau naik, masih terlalu dini," ujarnya. Yang pasti pemerintah berupaya supaya tekanan inflasi yang juga tinggi pada Januari 2014 sebesar 1,07% tidak akan terjadi lagi di Februari 2014 ini.
Salah satu yang akan dilakukan oleh pemerintah, menurut Staf Khusus Presiden bidang Ekonomi, Firmanzah, adalah dengan secepatnya memperbaiki kondisi infrastruktur. "Kerusakan jalan akibat banjir harus diselesaikan. Itu untuk meminimalisir dampaknya terhadap inflasi," ujarnya kepada KONTAN di kantor presiden, Jumat (7/2).
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, potensi inflasi tinggi pada Februari ini terjadi karena faktor cuaca buruk. Curah hujan yang tinggi telah menyebabkan banjir dan menganggu distribusi pangan antar pulau. Banjir juga telah merusak infrastruktur jalan sehingga biaya distribusi naik.
Oleh karena itu, David menghitung inflasi Februari 2014 ada di kisaran 0,4%-0,8%. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, selama 10 tahun terakhir, inflasi Februari memang tidak pernah lebih dari 1%. Inflasi Februari tertinggi terjadi pada 2013 sebesar 0,75%
Inflasi akan mereda di Maret 2014 setelah masuk panen raya. Namun menurut David, rencana kenaikan tarif dasar listrik industri dan rumah tangga besar mulai Mei 2014 dan pemilihan umum (pemilu) akan menekan inflasi sampai akhir tahun. "Selama rupiah masih stabil, inflasi bisa di bawah 6%," katanya.
Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia (BII) Juniman juga percaya inflasi Februari 2014 masih tinggi, walau tidak setinggi Januari. Inflasi Februari akan ada di angka sekitar 0,5%. Angka itu sedikit lebih tinggi dari rata-rata inflasi di Februari yang sebesar 0,3%-0,4%.
Inflasi triwulan I dan II 2014 masih tinggi karena efek kenaikan bahan bakar minyak (BBM) yang baru berakhir di triwulan II 2014. Faktor musiman yaitu puasa dan lebaran juga akan menekan inflasi sehingga pada akhir tahun inflasi akan berada di 5,12%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News