Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Amerika Serikat (AS) kembali melejit pada Juni 2022. Data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Rabu (13/7) mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan 9,1% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa kenaikan inflasi AS, maka market akan beralih ke safe haven atau risk off (flight to quality).
Hal ini dikarenakan naiknya inflasi AS di atas ekspektasi market, sehingga akan meningkatkan kemungkinan The Fed akan lebih hawkish dalam menaikkan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate (FFR).
"Ini akan memberikan tekanan pada nilai tukar terutama pada emerging market termasuk Indonesia. FFR yang naik lebih agresif juga dapat memberikan tekanan pada naiknya yield obligasi," ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Kamis (14/7).
Baca Juga: Inflasi AS Lebih Tinggi Daripada Prediksi, Rupiah Melemah ke Rp 15.020 per Dolar AS
Di sisi lain, Faisal mengatakan, sementara dampak tidak langsungnya adalah memberikan tekanan untuk Bank Indonesia (BI) untuk dapat menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverser Repo Rate (BI7DRRR) lebih cepat demi menghindari imported inflation dari pelemahan mata uang.
Menurutnya, kenaikan BI7DRRR yang lebih cepat dapat memberikan hambatan untuk pemulihan ekonomi Indonesia yang sedang dalam fase akselerasi.
Sementara itu, Chief of Economist Bank syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan bahwa inflasi yang melejit di AS tersebut akan berdampak kepada utang luar negeri secara Rupiah jua akan meningkat.
Dirinya memperkirakan BI7DRR pada Juli 2022 masih akan berada di kisaran 3,5%, sementara nilai tukar rupiah sampai Minggu ini akan berada pada kisaran Rp 14.790 per dolar AS hingga Rp 14.935 per dolar AS.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Pilihan dari Sejumlah Analis Untuk Hari ini (14/7)
"Utang luar negeri secara rupiahnya meningkat, tetapi masih dalam tahap aman karena devisa lebih dari tiga kali lipat," kata Banjaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News