kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Industri Manufaktur dan Perdagangan Akan Sokong Penerimaan Pajak 2024


Selasa, 04 April 2023 / 19:37 WIB
Industri Manufaktur dan Perdagangan Akan Sokong Penerimaan Pajak 2024
ILUSTRASI. Pemerintah menargetkan penerimaan perpajakan tahun 2024 sebesar Rp 2.275,3 triliun hingga Rp 2.335,1 triliun.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan penerimaan perpajakan tahun 2024 akan meningkat dari target tahun 2023.

Dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2024, pemerintah menargetkan penerimaan perpajakan tahun 2024 sebesar Rp 2.275,3 triliun hingga Rp 2.335,1 triliun.

Target naik dari target penerimaan perpajakan tahun 2023 yang sebesar Rp 2.021,2 triliun.

Dengan kondisi tersebut, pemerintah berarti mematok rasio pajak atau tax ratio 2024 sebesar 9,91% hingga 10,1%. Ini juga lebih tinggi dari perkiraan tahun 2023 yang sebesar 9,61%.

Direktur Eksekutif MUC Tax Research Wahyu Nuryanto mengatakan, ada beberapa sektor yang masih potensial dalam mengisi pundi-pundi negara pada tahun 2024. Sektor tersebut adalah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan.

"Secara historis, sektor usaha yang memberi kontribusi terbesar pada penerimaan pajak di Indonesia adalah industri pengolahan dan perdagangan," tutur Wahyu kepada Kontan.co.id, Selasa (4/4).

Baca Juga: Rasio Kepatuhan Wajib Pajak Non Karyawan Hanya 26,84%

Bila menilik pada tahun 2022, kedua sektor tersebut menyumbang lebih dari 50% dari penerimaan pajak.

Industri pengolahan pada tahun 2022 memberi sumbangan sebesar 28,7% dan sektor perdagangan memberi kontribusi 23,8% dari penerimaan pajak.

Nah, tren untuk tahun 2023 maupun tahun 2024 tak akan berbeda jauh dengan tren penerimaan tahun 2022.

Wahyu pun menjelaskan alasan masih moncernya penerimaan pajak pada sektor-sektor tersebut.

Pertama, momentum pertumbuhan ekonomi pasca pandemi yang kemudian memicu permintaan dalam negeri karena meningkatnya daya beli masyarakat. Ini kemudian akan membuat roda pertumbuhan sektor perdagangan terus bergulir.

Kedua, adanya insentif pajak pertambahan nilai (PPN) untuk kendaraan listrik. Secara netto, Wahyu mengatakan ini akan memangkas penerimaan pajak khususnya PPN.

Namun, ini akan berdampak pada kenaikan permintaan masyarakat akan kendaraan listrik dan nantinya akan melecut laju pertumbuhan industri manufaktur.

Dengan demikian, secara agregat akan berdampak pada kenaikan penerimaan pajak lainnya, seperti pajak penghasilan (PPh) badan dan PPh 21.

Namun, di tengah masih potensialnya kedua sektor tersebut, Wahyu mengingatkan sektor pertambangan mungkin mengalami penurunan sumbangan bagi penerimaan pajak.

Sebab, ada penurunan harga komoditas yang akan berdampak pada kinerja korporasi di tanah air yang kegiatan usahanya terkait pertambangan.

Baca Juga: Ditjen Pajak Buka Suara Soal Sektor Penyumbang Penerimaan Pajak 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×