kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Indonesia di ambang resesi ekonomi 2020, apa itu resesi?


Kamis, 03 September 2020 / 12:28 WIB
Indonesia di ambang resesi ekonomi 2020, apa itu resesi?
ILUSTRASI. Ilustrasi Opini - Menilik Indikator Resesi Ekonomi


Penulis: Virdita Ratriani

KONTAN.CO.ID - Jumlah negara yang masuk ke jurang resesi ekonomi 2020 semakin bertambah. Terbaru, Australia resmi mengalami resesi ekonomi setelah ekonominya mengalami kontraksi sebesar 6,3% pada kuartal II 2020.

Ini merupakan resesi pertama yang dialami Australia dalam waktu 30 tahun terakhir. Secara teknikal, resesi ekonomi adalah saat pertumbuhan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif secara tahunan.

Nah, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengisyaratkan, perekonomian Indonesia bakal mengalami resesi pada kuartal III 2020.

"Di kuartal III 2020, ekonomi kita masih mengalami negative growth, bahkan di kuartal IV 2020 masih dalam zona sedikit di bawah netral," ujar Sri Mulyani seperti dikutip Kontan.co.id, Kamis (3/9).

Meski belum resmi resesi, Indonesia pernah mengalami resesi ekonomi pada 1998. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian RI masih tumbuh positif 3,4% pada kuartal ketiga 1997 dan nol persen di kuartal empat 1997. 

Baca Juga: ​Menilik resesi ekonomi RI 1998, nilai tukar rupiah melemah hampir 8 kali lipat

Lalu, perekonomian negara kita terus turun tajam menjadi kontraksi sebesar 7,9% pada kuartal I 1998, kontraksi 16,5% di kuartal II 1998, dan kontraksi 17,9% pada kuartal III 1998. 

Lantas, resesi itu apa?

Pengertian resesi

Dikutip dari Forbes (15/7/2020),  pada 1974, ekonom Julius Shiskin mendefinisikan resesi ekonomi sebagai penurunan produk domestik bruto (PDB) yang terjadi selama dua kuartal berturut-turut. 

Resesi dapat terjadi karena penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. 

Sementara para ahli menyatakan, resesi artinya ketika suatu negara mengalami PDB negatif, kenaikan tingkat pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan kontraksi di pendapatan manufaktur untuk periode waktu yang panjang.

Resesi dianggap sebagai bagian tak terhindarkan dari siklus bisnis atau dalam ekonomi suatu negara.

Baca Juga: Resesi, pemulihan ekonomi AS diprediksi lebih lambat, ini alasannya

Sedangkan Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER), otoritas yang dipercaya menentukan mulai dan berakhirnya resesi di Amerika Serikat (AS), mengartikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung lebih dari beberapa bulan.

Biasanya, terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan ritel. 

Penyebab resesi 

Ada beberapa penyebab resesi, mulai dari goncangan ekonomi secara tiba-tiba hingga dampak dari inflasi yang tidak terkendali. Berikut beberapa penyebab resesi:

1. Guncangan ekonomi yang tiba-tiba

Wabah virus corona baru yang memukul sektor ekonomi di seluruh dunia, adalah contoh yang lebih baru dari goncangan ekonomi yang tiba-tiba.

Contoh lain, pada 1970-an, OPEC memutus pasokan minyak ke AS tanpa peringatan. Sehingga, menyebabkan resesi, belum lagi terjadi antrean tak berujung di pompa bensin.

2. Utang yang berlebihan

Ketika individu atau dunia usaha mengambil terlalu banyak utang, mereka bisa terjebak ke gagal bayar utang. Terjadinya gagal bayar ini lah yang membuat kebangkrutan dan membalikkan perekonomian. 

Baca Juga: Ekonomi Prancis kuartal dua 2020 terkontraksi 13,8%

3. Gelembung aset

Investasi berlebihan di pasar saham atau real estate diibaratkan seperti gelembung yang bisa membesar. Ketika gelembung meletus, terjadi penjualan dadakan yang dapat menghancurkan pasar dan menyebabkan resesi. 

4. Terlalu banyak inflasi

Inflasi adalah tren harga yang stabil dan naik seiring waktu. Inflasi bukanlah hal yang buruk. Tetapi, inflasi yang berlebihan adalah fenomena yang berbahaya. 

Bank sentral mengendalikan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Dan, suku bunga yang lebih tinggi menekan kegiatan ekonomi. 

Pada 1970-an, inflasi yang tidak terkendali menjadi masalah di AS. Bank sentral AS, The Fed pun dengan cepat menaikkan suku bunga, yang menyebabkan resesi.

Baca Juga: Siap-siap resesi, diversifikasi portofolio jadi solusi

5. Terlalu banyak deflasi 

Deflasi adalah ketika harga turun dari waktu ke waktu, yang menyebabkan upah berkontraksi, yang selanjutnya menekan harga. 

Ketika siklus deflasi tidak terkendali, orang-orang dan bisnis berhenti belanja, yang akibatnya merongrong perekonomian. Contohnya, pada 1990-an, Jepang harus berjuang melawan deflasi yang membuatnya terpuruk dalam resesi. 

6. Perubahan teknologi

Penemuan baru meningkatkan produktivitas dan membantu perekonomian dalam jangka panjang. Tetapi ,mungkin ada periode jangka pendek penyesuaian terhadap terobosan teknologi. 

Pada abad ke-19, Revolusi Industri membuat seluruh profesi tergusur teknologi, memicu resesi dan masa-masa sulit. Saat ini, beberapa ekonom khawatir, kecerdasan buatan (AI) dan robot bisa menyebabkan resesi dengan menghilangkan seluruh kategori pekerjaan.

Akibat resesi

Akibat resesi sangat terasa dan efeknya bersifat domino pada kegiatan ekonomi. Contohnya, ketika investasi anjlok saat resesi, secara otomatis akan mengilangkan sejumlah lapangan pekerjaan yang membuat angka PHK naik signifikan. 

Produksi atas barang dan jasa juga merosot sehingga menurunkan PDB nasional. Jika tak segera diatasi, efek domino resesi akan menyebar ke berbagai sektor, seperti macetnya kredit perbankan hingga inflasi yang sulit dikendalikan, atau juga sebaliknya terjadi deflasi.

Lalu, neraca perdagangan yang minus dan berimbas langsung pada cadangan devisa. Dalam skala riilnya, banyak orang kehilangan rumah karena tak sanggup membayar cicilan, daya beli melemah. Lalu, banyak bisnis terpaksa harus gulung tikar. 

Baca Juga: Resesi di depan mata, investasi saham bisa jadi pilihan utama investor jangka panjang

Pada 2010, negara tetangga, Thailand sempat mengalami resesi ekonomi saat PDB-nya terus merosot.

Pada 2008-2009, resesi pernah terjadi di sebagian negara Eropa, di mana situasi sulit ini juga sempat membuat ekonomi Indonesia melemah. Indonesia sendiri sempat mengalami resesi cukup parah di 1998. 

Banyak resesi global juga terjadi karena faktor eksternal yang berada di luar kendali seperti dinamika global perang dagang China dan AS. Kondisi-kondisi yang bisa mengukur, apakah bisa terjadi resesi ekonomi 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×