kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Indonesia akan diserbu Insinyur impor?


Selasa, 12 November 2013 / 10:14 WIB
Indonesia akan diserbu Insinyur impor?
ILUSTRASI. Berikut rekomendasi merek smart lamp LED yang bisa dicoba untuk pemula. KONTAN/Baihaki/4/8/2016


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Indonesia terancam diserbu insinyur impor atau asing pada tahun 2015, bertepatan dengan mulai diberlakukannya liberalisasi pasar ASEAN. Hal ini disebabkan jumlah insinyur Indonesia masih sangat kurang dibandingkan negara lain di kawasan Asia.

"Ini ancaman nyata. Indonesia bakal diserbu insinyur impor atau asing bila tidak segera melakukan terobosan radikal. Faktanya, kita hanya punya 164 orang insinyur per 1 juta penduduk. Idealnya, harusnya 400 orang insinyur per 1 juta penduduk," kata Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Bobby Gafur Umar kepada pers di Jakarta, Senin (11/11).

Ditemui di sela Konferensi Federasi Organisasi Insinyur Se-ASEAN ke-31 (Conference of ASEAN Federation of Engineering Organisations 2013/CAFEO) 11-14 November, ia mengatakan, jika dibandingkan dengan sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia, posisinya sudah 397 insinyur per 1 juta penduduk dan Korea 800 insinyur per 1 juta penduduk.

"Mirisnya lagi adalah minat para siswa lulusan sekolah lanjutan atau SMU untuk meneruskan ke pendidikan tinggi sampai menjadi insinyur kelihatan sekali menurun. Kita hanya punya 11% atau 1,05 juta dari total sarjana yang ada," katanya.

Dia mengatakan, idealnya 20% dari seluruh sarjana adalah insinyur. Ia membandingkan, di Malaysia saja, rasio antara insinyur dan seluruh sarjana lulusan perguruan tinggi mencapai 50%. "Malaysia sekarang punya 13 juta sarjana teknik dari total 27 juta penduduknya," kata Boby.

Ia menjelaskan, berdasarkan sebuah kajian, Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi hingga 2015 membutuhkan sedikitnya tambahan 129.500 insinyur per tahun. Sementara pada 2015 sampai 2030, Indonesia memerlukan sedikitnya 175.000 insinyur untuk mendorong industri dan kawasan ekonomi khusus.

Mengutip pernyataan Menko Perekonomian Hatta Rajasa, ia mengatakan, "Jangan sampai insinyur asing yang masuk dan mengolah sumber daya alam kita. Tidak boleh terjadi."

Ia juga menyebut, Indonesia harus sedikitnya menambah 175.000 sarjana teknik per tahun pada 2025 jika ingin mencapai pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita US$ 20.600-25.900.

"Indonesia harus melakukan sejumlah terobosan, mulai dari pemberian beasiswa besar-besaran untuk menjadi insinyur hingga pembenahan di sektor regulasinya. Bukankah anggaran pendidikan sudah 20% dari APBN?" katanya.

Kemudian, tambahnya, Indonesia juga perlu segera memiliki undang-undang (UU) tentang insinyur sebab jika tidak, maka para insinyur Indonesia tidak memiliki standar internasional dan kualifikasi yang jelas sehingga tidak bisa bersaing secara global.

"Sekadar catatan, di antara 10 negara anggota ASEAN, hanya tiga negara yang belum memiliki UU insinyur, yakni Indonesia, Laos, dan Myanmar. Tetapi, Myanmar dilaporkan akhir bulan ini sudah akan memiliki UU-nya. Jadi, tinggal Indonesia dan Laos yang belum jelas," katanya.

Jika pada pasar bebas ASEAN, tegasnya, Indonesia belum juga memiliki UU insinyur, pasar Indonesia akan bisa dengan bebas dimasuki oleh insinyur asing dengan kualifikasi internasional, sedangkan insinyur Indonesia tidak bisa merambah ke negara lain. (Erlangga Djumen/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×