Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nikkei dan IHS Markit merilis Purchasing Managers' index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Mei 2019 mencapai posisi tertinggi dalam sembilan bulan terakhir yakni 51,6 alias tertinggi sejak Agustus 2018.
Peneliti Institute Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus melihat perbaikan ini sejalan dengan permintaan atau belanja masyarakat yang meningkat sehingga mendorong kenaikan produksi manufaktur. Terutama karena faktor musiman yakni Lebaran.
"Yang terjadi kali ini lebih dikarenakan momentum Lebaran. Ekspektasi yang positif dan keyakinan relatif tinggi dari para pelaku manufaktur dalam menanggapi permintaan yang meningkat jelang lebaran membuat perusahaan menaikkan jumlah tenaga kerja, menaikkan aktivitas pembelian dan memupuk stok," ujar Heri saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (9/6).
Ke depan, imbuh Heri, apabila konsumsi masyarakat semakin meningkat maka industri manufaktur bisa semakin ekspansif. Kendati demikian perubahan share manufaktur terhadap produk domestik bruto (PDB) belum terlalu signifikan. Menurutnya share terhadap PDB bisa di atas 20% untuk tahun ini. Sekadar info, pada kuartal I-2019 share industri manufaktur terhadap PDB sebesar 20,07%.
"Tetapi dengan syarat pertumbuhan manufaktur harus lebih tinggi dari periode sebelumnya, bahkan alangkah lebih baik jika tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi," ujar Heri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang pada kuartal I-2019 tercatat tumbuh 4,45%. Angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi kuartal I-2019 yang mencapai 5,07%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News