kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bank Dunia pangkas prospek pertumbuhan ekonomi global, Sri Mulyani: Kita waspada


Rabu, 05 Juni 2019 / 17:24 WIB
Bank Dunia pangkas prospek pertumbuhan ekonomi global, Sri Mulyani: Kita waspada


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bank Dunia (World Bank) pada Juni ini, lagi-lagi memangkas prospek pertumbuhan ekonomi dunia untuk tahun 2019 menjadi hanya 2,6%, turun dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 2,9%.

Penurunan proyeksi tersebut, menurut laporan “Global Economic Prospects June 2019: Heightened Tensions, Subdued Investments”, akibat tanda-tanda perlambatan perdagangan internasional dan sektor manufaktur, serta investasi lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Bank Dunia memprediksi pertumbuhan perdagangan global hanya akan mencapai 2,6% pada 2019, lalu pertumbuhan terendah sejak krisis finansial.

Merespon hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai, eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China memang menjadi skenario terburuk yang telah diprediksi oleh beberapa lembaga keuangan dunia seperti Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, maupun OECD (Organization for Economic Cooperation and Development).

Downside risk (risiko penurunan) sudah terjadi tapi ini berbeda sekali tone-nya. Akhir tahun lalu belum terjadi seperti ini,” kata Sri Mulyani, Rabu (5/6).

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menilai, sejatinya pelaku ekonomi dunia telah sempat berharap akan terjadinya kesepakatan dagang antara AS-China sehingga tensi keduanya mereda. Namun, negosiasi tak berujung positif dan dinamika kembali terjadi sehingga kedua negara ekonomi raksasa tersebut kini lagi-lagi saling melempar tarif.

Menghadapi situasi ini, Sri Mulyani bilang, pemerintah akan tetap waspada. Pasalnya, yang dihadapi dalam bulan-bulan ke depan bukan lagi sekadar ancaman dari kedua belah pihak negara, melainkan implementasi tarif.

“Skenario terburuk dari trade war hampir terjadi, sebab semuanya—seperti kenaikan tarif ini—efektif mulai Juni ini.  Jadi akan mulai masuk implementasi dari ancaman. Kuartal II, III dan IV akan terpengaruh dengan adanya tidak lagi ancaman tapi impelementasi dari ancaman,” tuturnya.

Menurut Sri Mulyani, dampak buruk perang dagang sudah terlihat pada kinerja perdagangan internasional Indonesia di paruh pertama tahun ini. Nilai ekspor yang sempat bangkit pada 2017 lalu, kembali mengalami moderasi sejak tahun lalu hingga April 2019 neraca dagang mencetak defisit jumbo US$ 2,5 miliar akibat loyonya ekspor.

Suasana destinasi-destinasi tradisional ekspor Indonesia, lanjutnya, berada dalam posisi tertekan tekanan.

“Jadi itu juga akan mempengaruhi (Indonesia). Kemampuan kita untuk shifting kepada destinasi ekspor yang lain mungkin tidak akan secepat seperti yang kita harapkan dan itulah yang menjadi tantangan kita, bagaimana kompensasinya terhadap pelemahan ekspor ini,” tutur Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×