kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Indeks manufaktur Indonesia stagnan, Menperin: Siklus wajar di Januari


Rabu, 06 Februari 2019 / 22:13 WIB
Indeks manufaktur Indonesia stagnan, Menperin: Siklus wajar di Januari


Reporter: Grace Olivia | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks manufaktur atau Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia tercatat hanya sebesar 49,9 di Januari 2019. Angka indeks tersebut turun dari 51,2 pada Desember 2018 lalu. Ini menunjukkan aktivitas manufaktur Indonesia di awal tahun mengalami stagnansi.

Menanggapi rilis Nikkei dan IHS Markit tersebut, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto tak begitu khawatir. Ia menilai, aktivitas industri manufaktur mesti dilihat dalam jangka waktu lebih panjang. Lantas, stagnansi aktivitas dalam hitungan sebulan tak serta merta menjadi kesimpulan.

"Memang itu semacam siklus di tiap tahun, indeks PMI turun sedikit di Januari tapi nanti akan naik lagi. Jadi ini sesuatu yang biasa saja. Tahun-tahun sebelumnya juga semuanya indeks di atas 50 kecuali Januari," ujar Airlangga, Rabu (6/2).

Meski dinilai stagnan di awal tahun, Airlangga meyakini, geliat industri manufaktur di 2019 akan jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu. Selain sentimen negatif global yang mereda, aktivitas manufaktur dalam negeri juga tampak lebih bergairah.

"Dengan kerjasama yang baik bersama BKPM, kita bisa lihat bahwa proyek-proyek utama seperti di petrokimia, baja, otomotif, itu mulai masuk lagi," kata dia.

Selain itu, di tengah ketidakpastian risiko perang dagang, Airlangga menilai Indonesia juga dapat memanfaatkan perluang relokasi industri dari China yang mulai tampak realisasinya. Sejumlah proyek relokasi tersebut diakuinya telah masuk dalam pipeline.

"Salah satunya, pabrik bahan baku baterai di Morowali yang besarnya (investasi) mencapai US$ 700 juta. Ada juga industri baja senilai US$ 3 juta sedang dibangun di sana, pabrik carbon steel. Itu menunjukkan kondisi investasi kita masih kondusif," tuturnya.

Di balik perang dagang, Airlangga juga optimistis ada potensi peningkatan ekspor di industri tekstil dan clothing apparel. "Beberapa buyer justru mengatakan akan melakukan ekspansi order ke Indonesia. Jadi itu justru menjadi opportunity buat kita," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×