kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.330   14,00   0,09%
  • IDX 7.345   -53,46   -0,72%
  • KOMPAS100 1.030   -14,36   -1,37%
  • LQ45 782   -6,67   -0,85%
  • ISSI 245   -3,19   -1,29%
  • IDX30 405   -3,55   -0,87%
  • IDXHIDIV20 467   0,58   0,12%
  • IDX80 116   -1,36   -1,15%
  • IDXV30 118   -0,58   -0,49%
  • IDXQ30 130   -0,02   -0,02%

Indef: RAPBN 2026 Kontradiktif, Risiko Fiskal Meningkat


Selasa, 22 Juli 2025 / 19:46 WIB
Indef: RAPBN 2026 Kontradiktif, Risiko Fiskal Meningkat
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (tengah) bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas Rachmat Pambudy (kanan) dan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (kiri) mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/7/2025). Rapat tersebut membahas laporan dan pengesahan hasil kerja panitia kerja dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN TA 2026 dan RKP Tahun 2026. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dalam RAPBN 2026 yang menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,2%–5,8% dinilai mengandung kontradiksi serius dan berisiko melemahkan fondasi fiskal Indonesia ke depan.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef M. Rizal Taufikurahman menyoroti penurunan porsi belanja negara dalam RAPBN 2026 yang hanya berkisar 14,19%–14,83% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Baca Juga: DPR Minta Pemerintah Terapkan 5 Kebijakan untuk Kejar Target Pendapatan Negara 2026

Menurutnya, hal ini tidak sejalan dengan target pertumbuhan ekonomi yang cukup ambisius.

“Ini kontradiktif dan mengkhawatirkan. Di tengah lemahnya permintaan domestik dan belum pulihnya investasi swasta, seharusnya belanja pemerintah menjadi motor utama pertumbuhan. Jika belanja justru diketatkan, ruang untuk mendorong sektor produktif akan terbatas,” kata Rizal kepada Kontan.co.id, Selasa (22/7/2025).

Ia menegaskan, belanja pemerintah selama ini menjadi penopang utama pemulihan pascapandemi.

Oleh karena itu, arah kebijakan fiskal tahun 2026 yang terkesan defensif bukan ekspansif berpotensi menimbulkan kesenjangan antara target makro dan realisasi di lapangan.

Tak hanya dari sisi belanja, Rizal juga menyoroti penurunan proyeksi pendapatan negara ke kisaran 11,71%–12,31% terhadap PDB.

Ia menilai, angka tersebut mencerminkan menurunnya optimisme fiskal, padahal kebutuhan belanja justru meningkat.

Baca Juga: Prabowo Panggil Menteri-Menteri Bahas KEK hingga RAPBN 2026

“Jika tren ini berlanjut, struktur APBN akan semakin rapuh: belanja besar, penerimaan stagnan, dan pembiayaan ditopang oleh utang. Ini dampak dari reformasi perpajakan yang masih setengah hati,” ujarnya.

Ia menilai perluasan basis pajak belum optimal, tingkat kepatuhan masih rendah, dan banyak insentif fiskal belum tepat sasaran.

Kondisi ini diperparah oleh masuknya periode transisi politik, yang biasanya disertai program-program populis dengan tekanan pembiayaan tinggi.

Rizal pun mengingatkan adanya potensi mismatch fiskal pada tahun 2026, yakni peningkatan belanja untuk program politis di tengah kapasitas penerimaan negara yang menurun.

“Tanpa intervensi serius, pembiayaan defisit akan semakin bertumpu pada utang. Ini mempersempit ruang fiskal jangka menengah,” katanya.

Karena itu, Rizal menekankan pentingnya arah kebijakan yang fokus pada dua hal: reformasi perpajakan yang lebih berani serta pengendalian belanja yang tidak produktif.

Baca Juga: Asumsi Pertumbuhan Ekonomi di RAPBN 2026 Disepakati 5,2%-5,8%

Jika tidak dilakukan, risiko terbesar bukan hanya pelebaran defisit, tetapi juga hilangnya kredibilitas APBN sebagai instrumen pembangunan berkelanjutan.

“Tahun 2026 seharusnya menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap efektivitas belanja negara, bukan sekadar menjalankan program-program politis bernilai besar namun berdampak ekonomi rendah,” tandasnya. 

Selanjutnya: Masih Ada Sekolah Tanpa Akses Air Minum dan Sanitasi, BeginI langkah Guardian

Menarik Dibaca: Dukung UMKM Naik Kelas, Pegadaian Perkuat Ekosistem Usaha Lewat Gaderian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×