Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menyebutkan masa pandemi Covid-19 menyebabkan daya beli masyarakat mulai menurun, terutama konsumsi rumah tangga mengalami penurunan yang cukup drastis. Bahkan, hal ini diperkirakan akan membuat tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2020 mengalami pelemahan lebih lanjut di kisaran 0%.
Sejalan dengan hal tersebut, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menilai, kemungkinan konsumsi rumah tangga memang akan turun drastis pada kuartal II-2020. Indef sendiri bahkan memperkirakan realisasinya bisa mencatatkan nilai negatif.
Baca Juga: Ini kata Kalbe Farma soal super tax deduction 300% untuk pengembangan vaksin corona
"Kami memproyeksi di kuartal II-2020 konsumsi rumah rangga akan turun sampai minus 2,08% secara year-on-year (yoy)," ujar Eko kepada Kontan.co.id, Minggu (21/6).
Meskipun pemerintah telah mengucurkan banyak dana untuk bantuan sosial (bansos), tetapi menurut Eko yang akan sangat mendorong konsumsi adalah masyarakat kelas menengah, sedangkan bansos ini memang diperlukan untuk masyarakat miskin dan rentan miskin.
Eko menjelaskan, pada saat pandemi seperti sekarang ini masyarakat kelas menengah akan lebih menahan diri untuk melakukan belanja. Meskipun di dalam situasi puasa dan lebaran atau kuartal II, biasanya konsumsi akan meningkat secara signifikan.
Masyarakat kelas menengah juga dinilai banyak mengalami kesulitan ekonomi, akibat dunia usaha yang turun drastis di kuartal II.
Baca Juga: Selama pandemi, pengeluaran untuk bahan makanan melonjak 51%
Apabila total bansos yang diberikan oleh pemerintah dibandingkan dengan total konsumsi masyarakat kelas menengah, maka masih akan lebih tinggi tingkat konsumsi dari masyarakat kelas menengah.
Adapun untuk tingkat konsumsi pada semester kedua nanti diperkirakan akan tetap landai, meskipun tidak seburuk dari kuartal II. Ini dikarenakan sebagian sektor mulai beroperasi secara terbatas.
Dengan adanya kebijakan new normal saat ini yang mulai membuka aktivitas ekonomi sebesar 50%, maka secara bertahap tentu sedikit banyak dapat menggerakkan tingkat konsumsi. Meskipun tetap tidak bisa seoptimal seperti semester II-2019.
Baca Juga: Ini penyebab tingkat konsumsi rumah tangga melemah di kuartal kedua 2020
"Maka dari itu, konsumsi semester II-2020 mungkin akan kembali positif tetapi tetap rendah. Ini karena daya beli melemah dan aktivitas ekonomi terbatas, yaitu kapasitas hanya 50%, adanya jaga jarak, jam operasional terbatas dan sebagainya," kata Eko.
Meskipun mulai tumbuh positif rendah, menurut Eko komponen yang paling cepat mendorong tingkat konsumsi ke arah positif adalah komponen kebutuhan dasar, yaitu seperti kesehatan dan makanan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News