kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab tingkat konsumsi rumah tangga melemah di kuartal kedua 2020


Minggu, 21 Juni 2020 / 14:20 WIB
Ini penyebab tingkat konsumsi rumah tangga melemah di kuartal kedua 2020


Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan pandemi Covid-19 menyebabkan daya beli masyarakat mulai menurun. Penurunan terjadi terutama pada konsumsi rumah tangga.

Bahkan, dia memperkirakan pelemahan ini akan membuat tingkat konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2020 tidak tumbuh. "Kami memperkirakan pada kuartal kedua, konsumsi rumah tangga yang tadinya bisa tumbuh sekitar 3% akan mengalami pelemahan lebih lanjut di kisaran 0%," ujar Sri di dalam rapat dengan Badan Anggaran RI, Kamis (18/6).

Sejalan dengan prediksi ini, Staf Khusus Menkeu Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo mengatakan, kuartal II tahun ini memang berat karena ada kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diterapkan oleh pemerintah. "Mobilitas sangat terbatas, tidak ada nilai tambah ekonomi yang tercipta karena tidak ada aktivitas seperti penerbangan atau belanja. Pada kuartal II juga, konsumsi otomotif dan semen saja turun sangat jauh," ujar Yustinus kepada Kontan.co.id, Minggu (21/6).

Baca Juga: Wow, siapapun yang bantu perangi corona diberi insentif pajak PPh, ini daftarnya

Sebelumnya, Kemenkeu juga telah menambah alokasi anggaran perlindungan sosial senilai Rp 203,90 triliun untuk masyarakat yang terkena tekanan akibat pandemi. Anggaran ini akan dialokasikan untuk bantuan sosial Program Keluarga Harapan (PKH) Rp 37,40 triliun, bansos sembako Rp 43,60 triliun, bansos Jabodetabek Rp 6,80 triliun, bansos non-Jabodetabek Rp 32,40 triliun, kartu prakerja Rp 20 triliun, diskon tarif listrik Rp 6,90 triliun, logistik/pangan/sembako Rp 25 triliun, dan bantuan langsung tunai (BLT) Dana Desa Rp 31,80 triliun.

Menurut Yustinus alokasi belanja bansos ini tetap efektif, tetapi secara agregat anggarannya lebih diarahkan untuk menjaga daya beli masyarakat, bukan menambah daya beli. Pasalnya, saat ini masyarakat memang sudah menurun daya belinya dan ada pergeseran konsumsi dari pemerintah ke masyarakat.

Adapun untuk kuartal III dan kuartal IV-2020 atau semester kedua nanti, Yustinus mengatakan realisasinya akan sangat menantang. Ini disebabkan, tingkat konsumsi akan sangat bergantung kepada penanganan pandemi di dalam negeri.

Baca Juga: Selama work from home, Sri Mulyani curhat kerja hampir 24 jam

Apabila pandemi bisa diatasi lebih cepat, maka ekonomi dinilai bisa segera berangsur memulai aktivitas normal meskipun dengan diiringi protokol Covid-19. Kemudian, ia juga menilai kebijakan new normal yang saat ini sudah diterapkan di beberapa daerah juga seharusnya bisa mulai sedikit mengangkat tingkat konsumsi rumah tangga.

"Meski nanti akan ada ketimpangan produk domestik bruto (PDB) regional, karena kebetulan daerah-daerah yang terdampak Covid-10 merupakan daerah sentra ekonomi," kata Yustinus.

Meski diharapkan bisa berhasil. Namun demikian, pihaknya belum bisa memperhitungkan secara rinci berapa kemungkinan tingkat konsumsi rumah tangga bisa meningkat di semester kedua nanti.

Baca Juga: BI pangkas suku bunga, ekonom BCA: Saat ini yang penting efektivitas kebijakan fiskal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×