Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Handoyo .
"Dengan defisit yang diperkirakan hingga 5%, maka jelas beban bunga utang akan meningkat. Apalagi dengan penambahan beban bunga utang baru ditambah beban bunga utang lama, pasti akan meningkat," ujar Riza kepada Kontan.co.id, Minggu (19/4).
Untuk persentase peningkatan bunga utang ini, kata Riza, perlu dilihat terlebih dahulu berapa besaran utang baru yang ditarik oleh pemerintah dan berapa pula yield (imbal hasil)-nya. Dari situ baru bisa diketahui berapa banyak bunga utang akan meningkat.
Baca Juga: Kuartal I 2020, Penerimaan cukai tumbuh 36,5% karena pembayaran pita cukai naik
Tak hanya itu, risiko penambahan beban bunga utang juga akan disebabkan oleh adanya pelemahan nilai tukar rupiah. Menurut Riza, jika rupiah masih terus terdepresiasi maka beban bunga utang dan utangnya sendiri berpotensi meningkat.
"Saya rasa pembayaran bunga utang akan diupayakan mencapai target tahun ini, karena beban bunga utang sangat kecil kemungkinannya untuk dilakukan reschedule pembayaran. Apabila bunga utang di-reschedule akan berpengaruh pada kredibilitas," kata Riza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News