Reporter: Grace Olivia | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam Edy Putra Irawady terus mengincar investor-investor baru untuk masuk ke Batam. Terutama investor yang berniat merelokasi investasinya dari China, agar tak lari ke negara-negara tetangga.
Seperti yang diketahui, Pegatron Technology yang berasal dari Taiwan telah menjadi salah satu perusahaan yang merelokasi pabriknya dari China ke Batam. Dari perusahaan pemasok komponen iPhone asal Taiwan tersebut, BP Batam telah mengantongi investasi sekitar US$ 40 juta.
Edy mengatakan, baru-baru ini juga perusahaan yang memindahkan antena satelit ke Batam, yaitu perusahaan telekomunikasi PT Pasifik Indotama (Paktel).
Tempat antena satelit yakni Asia Satelite Internet Exchange Limited (ASIX) di Hongkong memutuskan untuk menjual lahannya. Lantas, perusahaan merelokasi satelit-satelit tersebut ke Batam yang dianggap sebagai kawasan yang cukup strategis.
Baca Juga: BP Batam hadirkan teknologi Smart Contract untuk tingkatkan daya saing
“Mereka akan pindahkan sekitar 14 transmitter nanti,” kata Edy, Jumat (9/8).
Namun, ia belum menyebut berapa nilai investasi yang diterima BP Batam dari pemindahan satelit tersebut.
Sebelumnya, sejak awal tahun Batam telah menerima berbagai investasi baru seperti dari perusahaan Jepang Maruho Hatsuyo Batam, perusahaan Korea Selatan Sammyung Precision Batam, perusahaan Hong Kong Simatelex Manufactory Batam, perusahaan dari China GP Enterprize, DK LOK Corporation dari Korea Selatan, hingga Rubycon asal Jepang.
Edy mengatakan, Batam terus berupaya untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur demi menggaet investasi baru, khususnya di tengah peluang relokasi investasi dari China di tengah perang dagang.
Baca Juga: Kebijakan pembebasan cukai dihapus, BP Batam maksimalkan insentif nonfiskal
Derasnya relokasi investasi dari China ke negara tetangga seperti Vietnam dan Malaysia, menurutnya, lantaran negara-negara tersebut lebih siap.
“Mereka punya sumber daya manusia yang lebih siap. Infrastruktur mereka juga sudah lama terbangun, sedangkan kita di sini baru memulai,” kata Edy.
Oleh karena itu, Edy fokus mengembangkan Batam menjadi kawasan industri yang lebih berdaya saing dengan membangun infrastruktur logistik yang lebih memadai dan infrastruktur yang menopang industri 4.0.
Terkait logistik, Edy mengungkapkan berencana memperbaiki sekitar tiga pelabuhan utama di Batam sehingga dapat menurunkan biaya logistik yang mahal serta kapasitas pelabuhan yang belum optimal. Untuk perbaikan pelabuhan itu, biaya yang dibutuhkan sekitar Rp 4,5 triliun.
“Saya sudah janji ke Pak Wapres, September nanti tarif logistik harus sudah turun dari sekarang US$ 400 per teus, menjadi di bawah US$ 250 per teus. Kapasitas pelabuhan juga sedang kita upayakan bertambah sehingga bisa mencapai 2 juta teus nantinya,” tutur Edy.
Edy mengaku, hingga sepanjang tahun ini BP Batam telah mengantongi investasi dengan nilai hampir mencapai Rp 7 triliun. Sampai akhir 2019, ia optimistis nilai investasi yang masuk ke Batam akan terus bertambah hingga mencapai sekitar Rp 14 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News