Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Impor pangan yang tinggi akan menyebabkan defisit neraca perdagangan. Selain itu, impor pangan yang tinggi juga akan membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai, secara umum, impor pangan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kondisi neraca perdagangan dan APBN Indonesia.
“Impor pangan yang besar dapat menyebabkan defisit neraca perdagangan, yang pada akhirnya akan mengurangi devisa negara,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (15/10).
Baca Juga: Kementerian Pertanian Terbitkan Rekomendasi Impor Bawang Putih Sebanyak 1,1 Juta Ton
Selain itu, dia mengungkapkan, impor pangan juga dapat meningkatkan beban APBN. Hal ini karena pemerintah harus mengeluarkan dana untuk subsidi impor pangan.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor pangan Indonesia pada tahun 2022 mencapai US$ 11,2 miliar. Nilai ini meningkat 29,1% jika dibandingkan tahun 2021.
Dia menambahkan, peningkatan nilai impor pangan tersebut didorong oleh peningkatan impor komoditas beras, gula, daging, kedelai, jagung, dan bawang.
Baca Juga: Harga Gabah Naik, Jokowi: Semua Petani Senang, Tapi Konsumennya Tidak
“Nilai tersebut Saya kira, sedikit banyak, yang kemudian menjadi gambaran seberapa besar pemerintah harus membayar subsidi untuk pangan yang masih harus diimpor dari luar negeri.” Imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News