kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.416.000   13.000   0,54%
  • USD/IDR 16.714   7,00   0,04%
  • IDX 8.689   31,52   0,36%
  • KOMPAS100 1.189   6,09   0,52%
  • LQ45 852   4,26   0,50%
  • ISSI 313   3,20   1,03%
  • IDX30 439   1,48   0,34%
  • IDXHIDIV20 507   -0,22   -0,04%
  • IDX80 133   0,75   0,57%
  • IDXV30 140   0,37   0,26%
  • IDXQ30 139   0,01   0,01%

Impor migas dan non-migas masih tinggi, defisit neraca dagang melebar


Senin, 17 Desember 2018 / 19:01 WIB
Impor migas dan non-migas masih tinggi, defisit neraca dagang melebar
ILUSTRASI. Ekspor Nonmigas


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupanya nilai impor migas dan non-migas masih tinggi dan menyumbang defisit neraca dagang November 2018. Tercatat November 2018 defisit sebesar US$ 2,05 miliar.

"Penyebabnya defisit migas dan non-migas. Khusus untuk migas disumbang terutama dari hasil minyak," ungkap Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (17/12).

Nilai impor migas sebesar US$ 2,84 miliar sedangkan ekspornya US$ 1,37 miliar, mengantarkan pada defisit migas sebesar US$ 1,46 miliar. Defisit ini disumbang oleh defisit minyak mentah US$ 0,48 miliar dan defisit hasil minyak yang cukup dalam US$ 1,58 miliar. Sedangkan gas surplus US$ 0,59.

Sedangkan impor non-migas tercatat US$ 14,04 miliar dan ekspornya US$ 13,46 miliar mengantar pada defisit sebesar US$ 0,58 miliar.

Sehingga total nilai impor pada November 2018 mencapai US$ 16,88 miliar. Sedangkan ekspor hanya senilai US$ 14,83 miliar.

Angka impor tersebut naik sebesar 11,68% dibanding tahun lalu yang sebesar US$ 15,11 miliar. Secara kumulatif juga meningkat sebesar 22,16% atau senilai US$ 173,32 miliar bila dibandingkan Januari-November 2017 sebesar US$ 141,88 miliar.

Nilai impor terbesar berasal dari penggunaan barang bahan baku atau penolong senilai US$ 12,86 miliar naik 15,56% dari November 2017.

Disusul dengan barang modal yang senilai US$ 2,59 miliar yang turun 2,13% dibanding tahun lalu, kemudian barang konsumsi senilai US$ 1,43 miliar naik 6,79% dibanding tahun lalu. "Beberapa bahan baku yang turun adalah gandum dan kedelai," ungkap Suhariyanto.

Suhariyanto menjelaskan impor barang konsumsi mengalami tren peningkatan selama lima tahun terakhir. Januari-November 2018 tercatat US$ 15,71 miliar, kemudian tahun 2017 tercatat US$ 14,0 miliar, 2016 sebesar US$ 12,35 miliar, 2015 sebesar US$ 10,88 miliar, dan tahun 2014 US$ 12,67 miliar.

"Bagaimanapun juga impor barang konsumsi tidak selalu buruk karena menggerakkan sektor perdagangan selain itu ada barang konsumsi yang tidak bisa di produksi," jelasnya.

Sedangkan berdasar golongan barang utama non-migas, impor paling tinggi Januari-November 2018 yakni impor benda dari besi dan baja mengalami kenaikan 54,14% dari US$ 2,31 miliar menjadi US$ 3,56 miliar, kemudian besi dan baja 27,81% dari US$ 7,13 miliar menjadi US$ 9,12 miliar, disusul serelia meningkat 30,17% dari US$ 2,7 miliar menjadi US$ 3,50 miliar.

Sedangkan peningkatan impor non-migas terbesar dari Oktober ke November 2018 terjadi pada minuman naik US$ 75,3 juta, besi dan baja naik US$ 64,7 juta dan sayuran naik US$ 57 juta.

Penurunan impor non-migas terbesar dari Oktober ke November terjadi pada impor mesin/peralatan listrik turun US$ 201,1 juta, bahan bakar mineral turun US$ 141,7 juta dan ampas/sisa industri makanan US$ 130,1 juta.

Pada November ini nilai impor non-migas dari Tiongkok mengalami kenaikan US$ 70,4 juta dibanding bulan lalu. Sedangkan impor dari Jepang mengalami penurunan US$ 225,3 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×