kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Impor migas dan non-migas masih tinggi, defisit neraca dagang melebar


Senin, 17 Desember 2018 / 19:01 WIB
Impor migas dan non-migas masih tinggi, defisit neraca dagang melebar
ILUSTRASI. Ekspor Nonmigas


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupanya nilai impor migas dan non-migas masih tinggi dan menyumbang defisit neraca dagang November 2018. Tercatat November 2018 defisit sebesar US$ 2,05 miliar.

"Penyebabnya defisit migas dan non-migas. Khusus untuk migas disumbang terutama dari hasil minyak," ungkap Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (17/12).

Nilai impor migas sebesar US$ 2,84 miliar sedangkan ekspornya US$ 1,37 miliar, mengantarkan pada defisit migas sebesar US$ 1,46 miliar. Defisit ini disumbang oleh defisit minyak mentah US$ 0,48 miliar dan defisit hasil minyak yang cukup dalam US$ 1,58 miliar. Sedangkan gas surplus US$ 0,59.

Sedangkan impor non-migas tercatat US$ 14,04 miliar dan ekspornya US$ 13,46 miliar mengantar pada defisit sebesar US$ 0,58 miliar.

Sehingga total nilai impor pada November 2018 mencapai US$ 16,88 miliar. Sedangkan ekspor hanya senilai US$ 14,83 miliar.

Angka impor tersebut naik sebesar 11,68% dibanding tahun lalu yang sebesar US$ 15,11 miliar. Secara kumulatif juga meningkat sebesar 22,16% atau senilai US$ 173,32 miliar bila dibandingkan Januari-November 2017 sebesar US$ 141,88 miliar.

Nilai impor terbesar berasal dari penggunaan barang bahan baku atau penolong senilai US$ 12,86 miliar naik 15,56% dari November 2017.

Disusul dengan barang modal yang senilai US$ 2,59 miliar yang turun 2,13% dibanding tahun lalu, kemudian barang konsumsi senilai US$ 1,43 miliar naik 6,79% dibanding tahun lalu. "Beberapa bahan baku yang turun adalah gandum dan kedelai," ungkap Suhariyanto.

Suhariyanto menjelaskan impor barang konsumsi mengalami tren peningkatan selama lima tahun terakhir. Januari-November 2018 tercatat US$ 15,71 miliar, kemudian tahun 2017 tercatat US$ 14,0 miliar, 2016 sebesar US$ 12,35 miliar, 2015 sebesar US$ 10,88 miliar, dan tahun 2014 US$ 12,67 miliar.

"Bagaimanapun juga impor barang konsumsi tidak selalu buruk karena menggerakkan sektor perdagangan selain itu ada barang konsumsi yang tidak bisa di produksi," jelasnya.

Sedangkan berdasar golongan barang utama non-migas, impor paling tinggi Januari-November 2018 yakni impor benda dari besi dan baja mengalami kenaikan 54,14% dari US$ 2,31 miliar menjadi US$ 3,56 miliar, kemudian besi dan baja 27,81% dari US$ 7,13 miliar menjadi US$ 9,12 miliar, disusul serelia meningkat 30,17% dari US$ 2,7 miliar menjadi US$ 3,50 miliar.

Sedangkan peningkatan impor non-migas terbesar dari Oktober ke November 2018 terjadi pada minuman naik US$ 75,3 juta, besi dan baja naik US$ 64,7 juta dan sayuran naik US$ 57 juta.

Penurunan impor non-migas terbesar dari Oktober ke November terjadi pada impor mesin/peralatan listrik turun US$ 201,1 juta, bahan bakar mineral turun US$ 141,7 juta dan ampas/sisa industri makanan US$ 130,1 juta.

Pada November ini nilai impor non-migas dari Tiongkok mengalami kenaikan US$ 70,4 juta dibanding bulan lalu. Sedangkan impor dari Jepang mengalami penurunan US$ 225,3 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×